Monday, September 30, 2019

Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar



A.     Peranan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
1.    Guru
Dari segi bahasa “Guru” sebagaimana dijelaskan oleh W.J.S Poerwadarminta                                                                                                                                                                                              adalah orang yang kerjanya mengajar.[1] Dalam bahasa inggris kata guru disebut Teacher.[2] Dalam bahasa arab terdapat dua kata yang sama-sama memiliki arti guru, seperti kata al-Mudarris dan kata al-Muallim.[3] Adapun yang dimaksud dengan guru secara umum telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya yang dikutip oleh Jalaludin, bahwa guru dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.[4] Hadari Nawawi yang juga dikutip oleh jalaludin menjelaskan bahwa guru adalah oran gyang kerjanya mengajar atau memberi pelajaran di sekolah.[5]
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah penulis kemukakan tersebut, maka penulis dapat memahami bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik/murid ke arah yang lebih baik yang diharapkan oleh guru masyarakat dan orang tua.
2.      Tugas-Tugas Guru
Sebagai seorang pendidik guru bukanlah seorang yang berdiri di depan anak murid menyampaikan materi pelajaran atau pengetahuan tertentu, akan tetapi seorang guru juga mempunyai tugas yang cukup berat yang harus dipikulnya sebagai tanggung jawab yang diamanatkan kepadanya.
Adapun tugas-tugas yang diberikan kepada guru tersebut menurut slameto adalah sebagai berikut:
a.       Mengumpulkan data tentang murid
b.      Mengobservasi tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari
c.       Mengenal murid yang membutuhkan bantuan khusus
d.      Mengadakan pertemuan/kontak dengan orang tua,baik individu maupun kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pendidikan.
e.       Membuat catatan-catatan pribadi murid dan menyimpan catatan itu dengan baik.
f.        Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu
g.       Bekerja sama dengan petugas bimbingan untuk membantu memecahkan masalah murid-murid.
h.       Bersama-sama dengan petugas bimbingan yang lain menyusun program bimbingan di sekolah.[6]
S. Nasution menjelaskan bahwa tugas guru tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a.       Sebagai seorang yang mengkomunikasikan pengetahuan
b.      Guru sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang ia ajarkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru tersebut menjadi model atau contoh nyata yang dikhendaki dari mata pelajaran tersebut.
c.       Guru menjadi model sebagai pribadi, apakah ia cermat dalam berfikir, berdisiplin, mencintai pelajarannya ataukan yang mematikan idealism dan picik pandangannya.[7]
Dengan melihat tugas-tugas guru yang telah diuraikan oleh para ahli tersebut di atas, maka penulis dapat memahami, bahwa sebagai seorang guru selain orang yang memiliki ilmu atau pengetahuan yang akan  diajarkannya, juga seorang yang mempunyai kepribadian yang baik, mempunyai pandangan yang luas dan berjiwa besar. Dengan kepribadian guru yang seperti itu, maka diharapka ia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan membina anak muridnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang luhur dan bermartabat menurut ajaran agama Islam dan itulah yang menjadi tujuan pendidikan.
3.      Sifat-sifat Guru
Sebagai seorang guru, selain ia harus melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanahkan kepadanya, ia juga harus memiliki sifat-sifat yang baik. Dengan sifat-sifat inilah diharapkan apa yang diberikan oleh guru kepada para muridnya dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya juga dapat ditiru dan diteladani dengan baik. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasy sifat-sifat guru ada tujuh macam, yaitu :
1.      Guru harus memiliki sifat zuhud
2.      Guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat-sifat dan akhlak yang tercela
3.      Guru harus ikhlas dan jujur dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya
4.      Guru harus bersifat pemaaf terhadap anak muridnya
5.      Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru
6.      Guru harus mengetahui bakat, tabiat dan watak anak muridnya
7.      Guru harus menguasai mata pelajaran yang akan di ajarkan, sehingga ia dapat menyenangkan dan dapat memuaskan anak muridnya dalam belajar.[8]  
Sifat-sifat guru tersebut di atas masih umum, artinya berlaku pada setiap jenjang, dan masih bisa ditambah dengan sifat-sifat yang lebih khusus yang disesuaikan dengan jenjang atau tingkat guru yang bersangkutan, misalnya guru yang mengajar di sekolah TK, ia harus memiliki sifat yang lebih khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang mengajar di tingkat SD. Perbedaan sifat-sifat ini karna adanya perbedaan situasi pengajaran yang dihadapi oleh masing-masing guru tersebut, namun semua guru yang mengajar harus memiliki sifat-sifat yang khusus yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang dihadapinya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, pada masa sekarang nampaknya sedikit sulit, karna sulitnya menemukan sosok  guru atau pendidik yang berorientasi pada tanggung jawab terhadap bidang tugas sebagaimana disebutkan di atas. Oleh karena itu sangatlah wajar kalau mutu pendidikan sekarang semakin menurun.


4.    Kedudukan Guru
Sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas, bahwa tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada seorang guru adalah cukup berat. Selain memberikan ilmu dan pengetahuan pengalaman dan keterampilan ia juga harus membimbing serta member arahan kepada muridnya yang bukan anak kandungnya sendiri. Hal ini tentunya suatu pekerjaan yang bukan ringan dan bukan mudah bagi setiap orang untuk melaksanakannya, karena watak, tabiat dan bakat mereka masing-masing murid berbeda sehingga tugas tersebut mengandung resiko, baik resiko yang sifatnya fisik ataupun psikis. Terlebih lagi jika menghadapi kenakalan murid, tidak memiliki kesadaran belajar serta tidak mendapat motivasi belajar dari orang tuanya.
Oleh karena demikian beratnya tugas dan tanggung jawab seorang guru, agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka selain guru boleh menerima upah atau gaji dari orang tua muridnya, ajaran agama islam juga menetapkan aturan normative yang dapat memotivasi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat kepada guru. Kedudukan yang diberikan Allah S.W.T kepada guru tersebut bervariasi, hal ini tentunya sesuai dengan tingkat kwalitas ilmu dan amal yang dimiliki oleh masing-masing guru. Namun secara umum setiap guru berhak dihormati oleh anak muridnya, karna jasanya yang begitu besar. Adapun penjelasan tentang kedudukan guru dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, Allah S.W.T berfirman :

Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ÇÊÊÈ
Artinya : “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (Al-Mujadalah : 11)[9]
Rosulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits berbunyi :

عن ابن عباس قال : قال رسول الله صلعم : اقرب الناس من درجة النبوة اهل العلم والجهاد
(اخرجه ابو نعيم)

Artinya :…. “dari ibnu abbas r.a Rosululloh saw telah bersabda; manusia yang paling dekat kedudukannya dari derajat kenabian adalah ahlul ilmi (guru) dan jihad…” (hadits dikeluarkan Abu Nuaim)[10]

Derajat atau kedudukan tersebut, adalah kedudukan di dalam syurga di akhirat kelak.[11] Dan guru dimaksud menurut Imam Ghazali adalah guru yang mengajarkan pengetahuan dunia ataupun akhirat dengan tujuan akhirat.[12] Berdasarkan penjelasan-penjelasan kedudukan guru tersebut, maka penulis dapat memahami bahwa guru itu dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu guru yang mengajarkan ilmu dunia, dan guru yang mengajarkan pengetahuan akherat yang pada hakikatnya disebut sebagai orang alim atau ulama. Demikian juga jika dilihat dari segi tujuan dalam mengajra, maka keduidukan yang diberikan kepada guru itu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kedudukan dunia dan kedudukan akhirat.
Kedudukan guru di dunia menurut penulis adalah kemulyaan seorang guru di hadapan manusia, khususnya murid yang diajarkan. Sedangkan kedudukan di akhirat adalah kemuliaan guru di dalamsyurga di akhirat kelak. Guru yang mengajar dengan tujuan dunia, kemungkinan ia akan mendapatkan kedudukan dan kemuliyaan di hadapan manusia di dunia ini, tetapi kedudukan akhirat dalam hal ini penulis belum menjumpai keterangannya. Adapun guru yang mengajarkan ilmu, baik ilmu dunia ataupun ilmu akhirat dengan tujuan akhirat, maka ia akan mendapatkan kedudukan dan kehormatan di dunia dan mendapat kemulyaan di sisi Allah S.W.T di akhirat.
Mengenai kedudukan guru yang dalam hal ini penulis maksudkan guru yang mengajarkan ilmu dengan bertujuan akherat, banyak dijumpai keterangan-keterangan dalam kitab yang maksudnya bahwa kedudukan beliau adalah sungguh mulia
5.      Peranan Guru
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, guru mempunyai peranan penting baik terhadap sekolah maupun terhadap anak muridnya. Ia adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa utnuk menjadi orang yang berpendidikan, berikut ini penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai peranan guru. Menurut Prof.H.M. Arifin, bahwa guru disamping sebagai pengajar ia juga berperan sebagai pembimbing, dan kita merupakan tangan pertama dalam membantu memecah kesulitan-kesulitan siswa.[13] Drs. Wahyudi juga mengatakan bahwa peranan guru dalam pendidikan sangant besar nilainya, ia sebagai pendidik untuk membimbing siswa menjadi dewasa.[14] Pendapat yang lain juga mengatakan bahwa guru dapat berperan membrei bantuan, pengarahan, dan dorongan terhadap siswa untuk melaksanakan perkembangan belajar.[15]
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas maka penulis mengambil intisari bahwa peranan guru terhadap siswa penting sekali disamping ia sebagai pengajar ia juga sebagai pendidik, pembimbing, pengarah dan pendorong dalam usaha membantu memecahkan kesulitan-kesulitan terutama kesulitan-kesulitan dalam belajar yang dialami siswa di lingkungan sekolah.
B.     Kesulitan Belajar Siswa
1.      Kesulitan belajar
Menurut H.M. Alisuf sabri di dalam bukunya psikologi pendidikan bahwa “kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam menrima atau menyerap pelajaran di sekolah”[16] kesulitan belajar siswa ini hamper disetiap sekolah ada baik di sekolah formal maupun non formal, dari sekolah tingkat dasar, menengah hingga di perguruan tinggi. Hal ini dapat terjadi karena adanya factor-faktor yang dapat memperngaruhinya, sebagimana yang akan penulis jelaskan nanti.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar.
Menurut H.M. Alisuf sabri bahwa factor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu factor Internal dan Eksternal.[17] Factor-faktor tersebut secara rinci disebutkan oleh Alisuf Sabri, sebagai berikut :
a.       Rendahnya kemampuan intelektual/ kecerdasan siswa
b.      Gangguan-gangguan perasaan atau emosi
c.       Kurangnya motivasi dalam belajar
d.      Kurangnya kematangan untuk belajar.
e.       Latar belakang sosial yang tidak menunjang
f.        Kebiasaan belajar yang kurang baik
g.       Kemampuan mengingat yang lemah/rendah
h.       Terganggunya alat indera
i.         Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
j.        Tidak ada dukungan dari lingkungan belajar.[18]
Dari penjelasan tersebut, maka penulis dapat memahami bahwa factor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa ada yang timbul dari luar diri siswa (Eksternal). Factor internal seperti rendahnya kecerdasan siswa, gangguan emosi/perasaan, kurang kematangan untuk belajar dan terganggunya indra dan sebagainya. Adapun factor Eksternal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, seperti belajar yang tidak sesuai rendahnya mutu guru, dan latar belakang sosial dan sebaginya.
3.      Gejala-gejala kesulitan belajar
Menurut Alisuf sabri, bahwa “gejala-gejala kesulitan belajar siswa dapat muncul dalam bentuk prilaku siswa yang menyimpang dan dapat timbul dalam bentuk menurunnya prestasi belajar siswa itu sendiri”.[19] Prilaku siswa yang menyimpang tersebut dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti; suka mengganggu teman, sering membolos, sering termenung dan bentuk prilaku yang lain yang menyimpang dari aturan agama Islam maupun aturan sekolah tempat siswa belajar. Mekipun perilaku yang menyimpang adalah merupakan indikasi adanya kesulitan belajar siswa, tetapi tidak semua prilaku siswa yang menyimpang bisa disamakan dengan munculnya kesulitan belajar. Oleh karena itu pengalaman guru sangat diperlukan untuk membedakan hal tersebut.
Gejala-gejala kesulitan belajar siswa yang jelas lagi adalah menurunnya hasil prestasi belajar. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di kelas maupun pekerjaan rumah dan menurunnya hasil nilai ulangan harian/post test. Dengan rendahnya nilai-nilai yang dicapai inilah yang dapat dijadikan inikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.

4.      Bentuk-bentuk kesulitan belajar
Bentuk-bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah bermacam-macam yang berkaitan dengan faktor-faktor dan gejala-gejalanya. Hal ini dijelaskan dengan pendapat Prof. H.M. Arifin yang mengatakan bahwa :
“kesulitan belajar siswa dapat terjadi dalam bentuk sulitnya menyerap atau menerima pelajaran disebabkan oleh karena latar belakang pribadi, sulitnya memusatkan perhatian disebabkan oleh gangguan mental dan indra. Sulitnya menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang disebabkan latar belakang sikap sosial.[20]
Berdasarkan penjelasan Professor Arifin tersebut, penulis dapat memahami bahwa bentuk-bentuk kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu : Kesulitan menyerap atau menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, kesulitan memusatkan perhatian pada pelajaran dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar.
Kesulitan belajar siswa tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, tetapi harus segera dicarikan jalan untuk mengatasinya. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan untuk membantu siswa.
5.      Cara mengatasi kesulitan belajar.
Menurut M. Alisuf Sabri bahwa “mengatasi kesulitan belajar siswa harus melalui cara mengadakan diagnosis dan remedies, yaitu memeriksa gejala-gejala yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dan mengadakan perbaikan”.[21] Lebih lanjut Alisuf sabri juga menguraikan langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar tersebut, yaitu :
1.      Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar
2.      Menelaah/ menetapkan status siswa
3.      Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar
4.      Mengadakan perbaikan
a)      Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar
Pada langkah pertama ini guru agar mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada siswa, tujuannya untuk menemukan di antara siswa yang mengalami kesulitan belajar, adapun pedomannya, M. Alisuf Sabri mengemukakan :
“…guru dapat menggunakan hasil-hasil post tes dan catatan prilaku siswa yang menyimpang selama dua atau tiga kali pertemuan. Siswa yang selama periode tersebut memperoleh nilai-nilai hasil post tes yang rendah dan perilakunya menyimpang, berarti mereka itulah tergolong siswa yang mengalami kesulitan belajar…”.[22]
b)      Menelaah/ menetapkan status siswa
Pada langkah-langkah kedua ini guru menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tujuannya untuk menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami setiap siswa. Pada langkah kedua ini menurut H. M. Alisuf Sabri :
“… Guru memeriksa hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikannya, kemudian menetapkan bagian-bagian mana atau hal-hal apa saja yang sulit dikuasai oleh masing-masing siswa. Selain itu guru juga menetapkan bentuk kesulitan mereka dalam proses belajarnya, apakah sumber kesulitan itu terjadi pada waktu menerima atau pada waktu menyerap pelajaran…”.[23]
Dari hasil pemerikasaan pada langkah kedua ini setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dipastikan jenis dan kesulitan mereka dalam belajar.
c)      Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar
Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan belajar siswa, maka pada langkah ketiga ini guru harus berupaya untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut, tujuannya untuk mentapkan tehnik pemberian bantuan mengatasi kesulitan belajar tersebut sesuai dengan corak kesulitan yang dihadapi siswa. Adapun langkah yang dilkukan guru pada tahap ketiga ini, Alisuf Sabri mengatakan :
“… dengan menggunakan alat diagnostic kesulitan belajar, alat tersebut dapat berupa test diagnostic dan tes-tes untuk mengukur kemampuan siswa yang berkaitan erat dengan proses belajar seperti kemampuan intelegensi, kamampuan mengingat, kemampuan alat indra dan sebaginya”.[24]
Berdasarkan informasi dari hasil tes tersebut dapat ditetapkan penyebab kesulitan belajar yang dihadapi oleh setiap siswa, apakah alat indranya yang kurang baik, ingatannya lemah, kurang motivasi, atau kurang matang untuk belajar, Karen kurang menguasai konsep dasar yang dipelajari dan sebagainya.
d)      Mengadakan perbaikan
Dengan mengetahi sebab kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna mengatasi kesulitan yang dialami oleh mereka dengan disesuaikan sebab-sebabnya. Untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat melakukan melalui beberapa tehnik, sebaimana dikatakan Prof Arifin berikut ini.
1)      Remedial Teaching : memberikan pelajaran tambahan berupa kursus-kursus (privat less) dan cara lain tentang bidang studi yang lemah
2)      Member penyuluhan (Konseling) kepada siswa yang bersangkutan tentang hal-hal yang menghambat belajar mereka, misalnya menyangkut sikap, minat dan perhatian pada bidang studi yang kurang menggairahkan kepadanya.
3)      Melakukan bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh sikap sosialnya yang kurang menyesuaikan diri dalam pergaulan, seperti egoismenya tinggi, takut bergaul, rasa rendah diri, dan sebagainya.
4)      Melakukan pelimpahan (reforal) kepada para ahli lain di bidangnya misalnya, gangguan perasaan, sakit saraf dan sebaginya”.[25]

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut penulis dapat memahami bahwa, cara mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa adalah disesuaikan dengan jenis sifa, corak dan latar belakang eksulitan tersebut. Misalnya jika kesulitan belajar disebabkan oleh latar belakang pribadi hendaknya diberikan penyuluhan (Konseling). Jika penyebab kesulitan tersebut karena gangguan mental atau kesehatan fisik lemah dan sebagainya, maka dilimpahkan kepada dokter ahli. Jika kesulitan tersebut disebabkan sikap sosial, maka diberi bimbingan kelompok (Group Guidance) agar dapat bersikap sosial, seperti diikiutkan kepanitiaan dalam suatu kegiatan, belajar kelompok dan sebagainya.
Hal ini dapat dilakukan dengan melalui pendekatan psikologis didaktis, yaitu siswa yang akan memperbaiki sudah menyadari factor kesulitan/kekurangan mereka, dan merekapun menyadari bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Jika kondisi keseulitan tersebut karena perilaku siswa yang menyimpang, maka guru memberikan bimbingan untuk memperbaikinya lebih khusus. Perilaku tersebut harus segera ditinggalkan, sebab pada hakikatnya yang menyimpang itu adalah ma’siat dan bisa menimbulkan dosa. Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu itu berasal dari Allah swt. Sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu dari Allah S.W.T, maka membawa konsekwensi penting anak didik mendekatkan diri kepada Allah S.W.T dan sedapat mungkin ia menjauhi perilaku ma’siat yang tidak disukai Allah S.W.T. jadi seorang pelajar sangat diperlukan kesucian jiwa, karena itu ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugrah Allah S.W.T. hal ini dapat difahami dari perkataan imam syafii ebagai berikut :
شكوت الى وكيع سؤ حفظى   فاءرشدنى الى ترك المعا ص
فاءن الحفظ فضل من اله    وفضل الله لا يعطى لعاص

Artinya : “… Aku mengadu masalahku kepada guruku bernama waqi’ karena kesulitan dalam mendapatkan ilmu. Guruku itu menasihatiku agar menjauhi perbuatan ma’siat, ia juga mengatakan bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang melakukan ma’siat…”.[26]
Selain siswa harus meninggalkan perbuatan ma’siat, ia juga harus meninggalkan perbuatan yang tidak disukai guru, dan sebaliknya siswa harus selalu berbuat yang tidak medapatkan ridho guru serta mengikuti petunjuk-petunjuknya.


[1] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1984, Hal. 735
[2] Suyoto, Indra trisna dkk, Kamus Inggris-Indonesia, Karya Ilmu, Surabaya. 1990 hal. 150
[3] Ahmad warson munawwir, Kamus Arab Indonesia, Pustaka Progresif, Surabaya,1984, hal. 967
[4] Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Tanpa tahun, hal. 62
[5] Ibid, hal. 63
[6] H.M. Arifin, Bimbingan dan Konseling, Departemen Agama RI, Ditjen Binbaga, Jakarta, 1995, hal. 75
[7] Jalaludin dan Usman said, Opcit, Hal. 63
[8]  Jalaludin dan Usman Said, Opcit, hal. 71
[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an Hadits dan terjemahnya,  proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta, 1979, hal. 911
[10] Imam Ghozali, Ihya Ulumudin Jus 1, Bairut, hal. 13
[11] Bisri Mustofa, Al-Ibris Tafsir Al-Qur’anul Aziz Juz 28, menara Kudus, tanpa tahun, hal. 2019
[12] Imam Ghozali, Opcit. Hal. 55
[13]  M. Arifin, Bimbingan dan Konseling, Departemen Agama RI, Jakarta, 1995. hal. 74
[14]  Wayudi, Pengantar Metodologi Pengajaran,  purnama, Jakarta,  1986, hal. 7
[15]  Departemen P&K, Bahan Penataran P4 Bagi Siswa, Dirjen Depdikbud, Jakarta, 1986. hal.16
[16] H.M.Alisur sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta, 1995 hal. 88
[17] Ibid, hal 89
[18] Ibid, hal. 90
[19] Ibid, hgal. 89
[20] H.M. Arifin,Opcit. Hal. 213
[21] H.M Alisuf Sabri, Opcit. Hal. 90
[22] M. Alisuf Sabri, Opcit, hal. 91
[23] Locit.
[24] H.M. Alisuf Sabri, Opcit, hal 92
[25] H.M. Arifin, Opcit hal. 214
[26] Syekh Imam Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’alim, maktabah, Al-Hidayah, Surabaya, Tanpa tahun, hal. 16

No comments:

Post a Comment

Download Filem When the Phone Rings Full Episode : Sebuah Misteri Mencengkeram di Balik Panggilan Telepon

When the Phone Rings: Sebuah Misteri Mencengkeram di Balik Panggilan Telepon "When the Phone Rings" adalah drama Korea Selatan yan...