Sunday, June 12, 2022

CONTINUITY OF CARE TERHADAP NY. D DI BPM S PEKALONGAN

 

 

CONTINUITY OF CARE TERHADAP NY. D

DI BPM S PEKALONGAN

LAMPUNG TIMUR

 

 

 

 

 

Description: D:\anggi's.doc\doc_kuliah\logo akbid patriot.JPG

 

 

 

 

 

Oleh :

PUTRI RAHAYU

NIM: 052401S13069

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

AKADEMI KEBIDANAN PATRIOT

BANGSA HUSADA

TAHUN 2016

 

 

CONTINUITY OF CARE TERHADAP  NY. D

DI BPM S PEKALONGAN

LAMPUNG TIMUR

 

 

 

 

Description: D:\anggi's.doc\doc_kuliah\logo akbid patriot.JPG

 

 

 

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Pendidikan pada Program Studi Diploma III

Akademi Kebidanan Patriot Bangsa

 

 

 

Oleh :

 

PUTRI RAHAYU

NIM: 052401S13069

 

 

 

 

 

 

LAPORAN TUGAS AKHIR

AKADEMI KEBIDANAN PATRIOT

BANGSA HUSADA

TAHUN 2016

BIODATA PENULIS

 

 

Identitas penulis

1.      Nama                                             : Putri Rahayu

2.      NIM                                              : 052401S13069

3.      Tempat /tanggal lahir                    : Metro,04 0ktober 1994

4.      Agama                                           : Islam

5.      Jenis kelamin                                 : Perempuan

6.      Status mahasiswa                          : Mahasiswa

7.      Alamat                                          : Jalan Dr.sutomo  no. 104 metro

  Pusat

 

Riwayat Pendidikan

 

1.         TK (1999-2000)                           : TK  LKMD Metro pusat

2.         SD (2000-2006)                           : SDN 10 Metro pusat

3.         SMP (2007-2009)                                    : SMP N 8 Metro utara

4.         SMA (2010-2012)                        : SMA N 5 Metro

5.         DIII (2013-2016)                         : Akademi Kebidanan Patriot

  Bangsa Husada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

 

Laporan tugas akhir ini telah disetujui untuk diujikan pada

Uji laporan tugas akhir

Tangal,        Juni 2016

 

 

OLEH  :

Pembimbing I

 

 

 

(SRI NOWO RETNO S.ST, M.Kes)

NIP. 024040501007

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR PENGESAHAN

 

Laporan tugas akhir ini telah diuji oleh tim penguji dan dipertahankan

dihadapan tim penguji dan dinyatakan lulus

pada tanggal  Juli 2016

 

 

MENGESAHKAN

Pembimbing

 

 

Sri Nowo Retno S.ST, M.Kes

NIK.024040501007

 

Penguji

 

 

                             Leni Juwita Sari S.S T

NIK.024040501024

 

Mengetahui

                        Direktur                                               Koordinator

 

 

 

          Wardiana, S.Si.T.,M.M.kes                   Hj. Supriatiningsih, AK.,M.kes

               NIK. 024040501002                                           NIK. 024040501003

KATA PENGANTAR

 

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus  yang berjudul Continuity Of Care terhadap Ny. D  Di BPM S Pekalongan Lampung Timur Tahun 2016yang diajukan guna memenuhi salah satu tugas pada Program Studi Diploma III Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.      Wardiana,S.Si.T,.M.Kes, Selaku Direktur Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada.

2.      Sri Nowo Retno S.ST,.M.Kes,selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Studi Kasus ini.

3.      Sulistiawati, Amd keb, selaku Bidan Di BPM yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Studi Kasus.

4.      Seluruh Dosen Dan Staf Diploma III Kebidanan Patriot Bangsa Husada yang telah membekali ilmu kepada penulis yang sangat bermanfaat.

5.      Ny. D  beserta keluarga yang memberikan kepercayaan dan bersedia menjadi klien.

6.      Terimakasih untuk “Bapak, Emak” dan keluarga yang selalu setia menyemangti dan mendampingi, untuk sahabat saya  “ Hutami Eka Pratiwi, Desy Ulfa Septiana, Hafi Dita KLA, Tiara Wulandari ” yang selalu memberikan dukunganya, untuk  teman hidup “Richo Suryanto” yang telah memberikan semangat dan semua kasih sayangnnya,  untuk seluruh rekan saya ucapakan bamyak terimakasih, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan bagi kita semua  di dunia dan akhirat.

7.      Terimakasih untuk Teman-teman seperjuangan “C2” dan Angkatan X atas partisipasinya selama ini juga patner LTA “Megot & Dede Ana” dan pihak-pihak yang terkait yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dalam menyusun Laporan Studi Kasus ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang dimanfaatkan.

 

 

                                                                        Pekalongan,   Juni 2016

 

 

 

            Penulis

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.        Latar Belakang

Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan terutama pada asuhan antenatal dari tenaga kesehatan (Sulistyawati, 2011).

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan adalah dengan cara memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of  care. Dimana Continuity of  care Care adalah Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi/pengamatan  dengan rancangan (Heni, 2011).  

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa. Dan jumlah di Asia Tenggara adalah 16.000 jiwa. Dimana Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dimana keadaan ini meningkat sekitar 57% jika dibandingkan pada tahun 2007 dimana AKI hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dan Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 32 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini tentu bertentangan dengan target pemerintah yang akan menurunkan AKI hingga 102 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs (SDKI, 2012).

Penyebab utama AKI dan AKB di Indonesia  adalah pada masa kehamilan yang disebabkan oleh adanya trias klasika yaitu perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Dimana persentasenya yaitu 40,23% pada perdarahan, 59,33% eklampsia, 4,2% infeksi, dan 75,42% oleh penyebab lainya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pelayanan antenatal care pada masa kunjungan masa hamil (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Pada tahun 2014 di Kabupaten Lampung kasus AKI dilaporkan ada 13 kasus (60 per 100.000 KH), terjadi penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2013 yaitu 19 kasus (73 per 100.000 KH). Jika dilihat berdasarkan penyebab, penyebab langsung kematian ibu berdasarkan hypertensi dalam kehamilan pada tahun 2014 mengalami penurunan. Penyebab kematian ibu lebih banyak disebabkan karena penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya sebagai penyebab tidak langsung. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu yang dilaksanakan di kabupaten lampung timur pada tahun 2014 adalah Audit Maternal Neonatal (Dinkes lamtim, 2014).

Upaya kesehatan masyarakat di Indonesia  khususnya  kesehatan ibu dan anak pada tahun 2014 dapat dilihat dari data nasional cakupan ibu hamil, sampai KB. Dimana cakupan kunjungan ibu hamil terbagi 2 yaitu kunjungan pertama (K1) dan kunjungan akhir (K4). Cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 97,86% dan K4 mencapai 89,33% dari target 90%, cakupan pertolongan persalinan oleh nakes (PN) mencapai 91,36% dari target 90%, dan cakupan nifas mencapai 89,02 % dari target 90 %, serta cakupan peserta KB aktif mencapai 74,87% (Kemenkes, 2014).

Berdasarkan profil provinsi Lampung tahun 2014, cakupan kunjungan pertama (K1) di Provinsi Lampung pada tahun 2014 mencapai 95,78% dari target sebesar 95% dan cakupan K4 mencapai 89,62% dari target 90%. Cakupan persalinan oleh nakes adalah 86,17%, sedangkan cakupan kunjungan nifas mencapai 89,02% dan mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu 86,64% dari target 90%, serta cakupan KB aktif mencapai 76,75% ( profil kesehatan lampung, 2014 ).

Cakupan kunjungan K1 dan K4 pada tahun 2014 mencapai 95,78% dan 89,62% dari target 90%. Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes 85,64%. Dan cakupan kunjungan nifas pertama (KF1) pada tahun 2013 belum  mencapai  target  hanya sebesar 85,61% dari target yang harus dicapai 95%  dan kunjungan nifas ketiga (KF3)  mencapai 85,26% dari target 91%. Serta cakupan pelayanan KB aktif pada wanita usia subur mencapai 72,4% (Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur 2014).

Berdasarkan data di Puskesmas Pekalongan Lampung Timur Tahun 2015  Cakupan K1 target 100% kesenjngan 0,2 % karena minimnya pengetahuan ibu tentng kesehatan atau pemeriksaan kehamilan muda, sedangkan K4 target 95% pencapaian 96,1 %. Cakupan persalinan target 90% pencapaian 91,6%. Dan cakupan untuk kunjungan nifas pertama (KF1) di puskesmas Pekalongan target yaitu 90% pencapaian 91,6%. Serta cakupan peserta KB aktif target 80% dan pencapaian 77,6% kesenjangam 2,4% dikarenakan minimnya pengetahuan tentang KB. (Laporan Unit KIA Puskesmas Pekalongan Tahun 2015).

Berdasarkan data di lahan praktik di BPM  S Pekalongan Lampung Timur pada tahun 2015 sasaran ibu hamil sebanyak Sedangkan jumlah kunjungan ibu hami K1-K4 di BPM “S” dari 10 ibu hamil T3 yang mengalami keputihan ada 3  dengan presentase 30 % dan untuk ibu hamil T1 –T2 berjumlah 32 ibu hamil semua melakukan kunjugan rutin yaitu 100 %. Dan untuk 10 ibu hamil T3 yang mengalami persalinan normal ada 4 dengan presentase 40 % Dan cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) pengguna KB aktif sebanyak 64   (Laporan BPM S).

Apabila asuhan antenatal care tidak dilakukan sedini mungkin akan berdampak pada masa kehamilan yaitu terlambatnya mendeteksi adanya tanda bahaya atau komplikasi pada masa kehamilan seperti perdarahan, eklampsi, dan infeksi sehingga berakibat semakin tingginya angka kematian ibu dan bayi (Dinkes Lampung, 2014).

Selain itu juga, ada beberapa hal seperti kondisi geografis yang sulit terjangkau, kurangnya jumlah tenaga kesehatan, dan sulitnya akses ke fasilitas kesehatan, rendahya kualitas pelayanan, serta kurangnya kemitraan antara bidan dan dukun di daerah sekitarnya, yang dapat menyebabkan cakupan persalinan oleh Nakes masih belum mencapai target. Dimana akan berdampak pada pertolongan persalinan non kesehatan yang akan membahayakan ibu dan janin meliputi : persalinan lama dan terlantar yang dapat mengakibatkan perdarahan dengan berbagai sebab, rupture uteri, robekan jalan lahir dan infeksi karena persalinan kurang bersih dan aman (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, tahun 2014).

Menurut profil provinsi Lampung tahun 2014 kunjungan nifas harus dilakukan agar ibu dapat terlindungi dari dampak dan penyebab yang dapat menyebakan terjadinya kemungkinan resiko pada masa nifas seperti perdarahan dan infeksi. Dimana kunjungan nifas dilakukan oleh Nakes disamping untuk memeriksa kesehatan ibu dan anak juga untuk  mendukung ibu dalam mengikuti program KB pasca persalinan sehingga resiko tinggi akibat jarak anak yang terlalu dekat dapat dihindari.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mendukung program KB adalah menghindari beberapa kondisi seperti 4 T : terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Dimana akan berdampak meningkatnya jumlah penduduk dengan kelahiran 5.000.000 per tahun yang sedang dihadapi di negara maju dan berkembang seperti indonesia (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014).

Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care terhadap Ny. D di BPM S di P ekalongan sesuai dengan standar yang ditetapkan, agar mampu menciptakan pelayanan yang optimal.

Diharapkan dengan dilkukannya asuhan kebidanan yang berkualitas mampu meningkatkan peranan masyarakat dalam mendeteksi secara dini ibu hmil dengan resiko tinggi agar setiap ibu mampu berikhtiar dan memiliki motivasi dari dalam diri ibu sendiri untuk melalui setiap proses dengan dirinya dengan normal, aman, dan nyaman. Sehingga kasus kesakitan dan kematian ibu hamil dapat ditekan dengan baik dan dapat menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan KB.

 

B.        Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1.    Bagaimana cara melakukan pengkajian asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S.

2.    Bagaimana cara membuat diagnosa kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap terhadap Ny. D di BPM S setelah dilakukan pengkajian.

3.    Bagaimana rencana pelaksanaan dalam melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S setelah dilakukan pengkajian.

4.    Bagaimana cara melakukan dokumentasi dari asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S.

 

C.        Tujuan Penyusunan LTA

1.    Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB. terhadap terhadap Ny. D di BPM S.

2.     Tujuan khusus

a.       Melakukan pengkajian asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S.

b.      Membuat diagnosa kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB sesuai dengan nomenklatur terhadap Ny. D di BPM S.

c.       Melaksanakan asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S.

d.      Melakukan dokumentasi dari asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB terhadap Ny. D di BPM S dengan metode SOAP Varney.

D.        Ruang Lingkup

1.       Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny. D dengan status obstetri G1P0A0 kehamilan trimester III sebanyak 3 kali, Asuhan Ibu Bersalin sebanyak 1 kali, Asuhan Nifas sebanyak 4 kali, dan Asuhan Akseptor KB sebanyak 2 kali.

2.       Tempat

Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan mengambil tempat di BPM S di Desa Adirejo Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.

3.       Waktu

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan Continuity of Care mulai:

a.       Kehamilan: tanggal 04 April 2016 – 27 April 2016

b.      Persalinan  : tanggal 018 Mei 2016

c.       Nifas            : tanggal 18 Mei 2016 – 03 Juni 2016

d.      KB : tanggal 03 Juni 2016

E.         Manfaat

1.       Bagi  BPM S.

Sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB.

2.    Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada Manfaat bagi institusi sebagai referensi serta sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

3.     Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman untuk penerapan ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan KB.

4.       Bagi Klien Asuhan Ny. D.

Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan kesehatansangat penting khususnya Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB.


 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.      PERSALINAN

1.         Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010). Menurut ( JNPKN-KR, 2008) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Sedangkan menurut ( varney, 2007) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi dari ibu. Proses ini dimulai dari kontraksi persalinan yang sejati, yaitu perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2009:100).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Walaupun dengan intervensi yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan lengkap tetap harus dijaga agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal (Sulistyawati, 2012).

 

 

 

Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :

a.              Kala I

Menurut (Sulistyawati 2012), Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 0-3cm dan fase aktif  (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks membuka dan mendatar sampai pembukaan lengkap (10 cm).

Kala pembukaan dibagi 2 fase :

1)            Fase laten : pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.

2)            Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :

a)   Akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b)  Dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c)   Deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 13-14 jam sedangkan multigravida sekitar 6-7 jam. (Mochtar, 1998: 94).Namun, literature lain menambahkan bahwa pada multigravida kala I terjadi 5,6 jam dan dalam kenyataannya bisa terjadi hingga 13,8 jam (Fraser, 2009). Menurut kurva Friedman, pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam. (Manuaba, 2010: 165).

b.             Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala II persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin (Prawirohardjo,2009). Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap. sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. (Sulistyawati, 2012)

Mekanisme persalinan normal :

Gerakkan-gerakkan pokok pada persalinan yaitu: engagement, desensus (penurunan kepala), fleksi, rotasi interna (putar paksi dalam), ekstensi, rotasi eksterna (putar paksi luar), dan ekspulsi.

1)         Engagement

Engagement adalah dimana diameter biparietal - diameter transversal terbesar kepala janin pada presentasi oksiput melewati pintu atas panggul.

Pada ibu multipara, tonus otot biasanya lebih lemah dan dengan demikian, engagement tidak terjadi hingga persalinan benar – benar dimulai. Sedangkan pada primipara pada usia kehamilan 36 minggu kepala harus sudah engagement.

 

 

Asinklitismus

Sutura sagitalis seringkali mengalami defleksi posterior ke arah promontorium atau defleksi anterior ke arah simfisis. Defleksi lateral kepala seperti itu ke posisi lebih anterior atau posterior di dalam panggul tersebut disebut dengan asinklitismus. Jika sutura sagitalis mendekati promontorium sakrum, akan lebih banyak bagian dari tulang parietal anterior yang teraba, kondisi ini disebut asinklitismus anterior.Tetapi bila sutura sagitalis terletak simfisis, lebih banyak tulang parietal posterior yang teraba, disebut asinklitismus posterior.

2)         Fleksi

Pada gerakkan ini, dagu mendekat ke dada janin, dan diameter SOB (9,5 cm) yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontalis (12 cm). Hal tersebut bertujuan untuk dapat melewati ukuran pintu tengah panggul yaitu distancia interspinarum yang berukuran 10 cm.

3)         Rotasi Interna (putar paksi dalam)

Rotasi interna adalah pemutaran bagian depan sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke bawah simfisis.

Pada presentasi belakang kepala, ubun – ubun kecil akan memutar ke depan yaitu ke bawah simfisis. Sebab – sebab terjadinya rotasi interna:

a)        Adanya dorongan dari tenaga ibu

b)        Ukuran terbesar dari PTP ialah diameter anteroposterior

c)         Bagian terendah janin mendapat tahanan dari muskulus levator ani

d)        Adanya sendi leher janin

e)        Ekstensi

Setelah rotasi interna, kepala yang telah terfleksi maksimal mencapai vulva, kepala ini akan mengalami ekstensi yang esensial untuk kelahiran. Kepala dilahirkan melalui ekstensi lebih lanjut ketika oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu berhasil melewati tepi anterior perineum.Segera setelah seluruh kepala lahir,kepala jatuh ke bawah sehingga dagu terletak di atas daerah anus ibu.

4)         Rotasi Eksterna

Kepala yang sudah dilahirkan selanjutnya mengalami pemulihan. Jika oksiput pada mulanya mengarah ke arah kiri, maka bagian ini akan berotasi ke arah tuber ichidika kiri, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut diakibatkan karena ukuran bahu (diameter biakrominal) terletak di pada diameter antero posterior dari PBP.

5)         Ekspulsi

Setelah rotasi eksterna, bahu depan akan tampak di bawah simfisis pubis, dan perineum segera teregang oleh bahu. Bahu depan di bawa ke bawah untuk melahirkan bahu depan, lalu bawa ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu tersebut lahir, sisa badan bayi akan segera terdorong ke luar. (Cunningham, 2006:329).

c.              Kala III

Kala III persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta. (Prawirohardjo,2009). Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Prawirohardjo, 2009). Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, Karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karna plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang , terjadi perdarahan (Manuaba,2010).

Berikut merupakan fase-fase dalam kala III:

1)    Fase Pelepasan Plasenta

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 menit sampai 10 menit dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.

Cara pelepasan plasenta

a)        Schultze

Pelepasan dimulai dari bagian tengah plasenta, sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah.

 

 

b)        Duncan

Pelepasan plasenta mulai dari pinggir plasenta sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasenta.

Manajemen Aktif Kala III

Merupakan penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta), yang bertujuan untuk:

a)    Mempercepat kelahiran plasenta.

b)   Mengurangi jumlah kehilangan darah.

c)    Mengurangi kejadian retensio plasenta

        Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama :

a)      Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

b)   Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)

c)    Massase fundus uteri (JNPK-KR, 2008)   

d.             Kala IV

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 ja. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati, 2012). Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah, nadi, dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Manuaba, 2010).

 

 

Rencana penatalaksanaan untuk Kala IV Persalinan:

Memeriksa kontraksi pada fundus dan tinggi fundus uterus. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.

1)    Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban dan memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus.

2)    Memeriksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan, jika terdapat episiotomy

3)    Memperkirakan jumlah darah yang keluar. Bila perdarahan lebih dari 500 cc, ini sudah dianggap abnormal dan harus dicari sebab-sebabnya.

4)    Memastikan kandung kemih tidak penuh, karena dapat mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

5)    Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan dekontaminasi alat, tempat tidur, dan matras dengan klorin 0,5 % serta membersihkan ibu dengan air DTT.

6)    Mengajarkan ibu dan keluarganya cara menilai kontraksi, melakukan masase uterus jika kontraksi lembek, serta mengenali tanda bahaya kala IV.

7)    Memantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan  setiap 30 menit selama satu jam kedua, serta temperature ibu setiap jam selama dua jam pasca persalinan. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan rekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.(JNPK-KR, 2008)

Tanda Bahaya Kala IV

Selama kala IV, bidan harus mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk mencari pertolongan jika terdapat tanda bahaya sebagai berikut:

1)       Demam

2)       Perdarahan aktif

3)       Keluar bekuan darah banyak

4)       Bau busuk dari vagina

5)       Pusing

6)       Lemas luar biasa

7)       Kesulitan dalam menyusui bayinya

8)       Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa. (JNPK-KR, 2008)

2.         Jenis-Jenis Persalinan

Berdasarkan cara persalinan, yaitu:

a.                 Persalinan spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b.    Persalinan buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vacuum, dan section cesarea.

 

c.     Persalinan Anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan, misalnya dengan tindakan pemecahan ketuban, atau pemberian pitocin prostaglandin.

Berdasarkan umur kehamilan, yaitu:

a.    Abortus

Adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Manuaba, 2010)

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan yang kurang dari 20 minggu. (Farid Husin, 2013:72)

b.    Persalinan prematuritas

Persalinan sebelum usia kehamilan 28-36 minggu, berat janin kurang dari 2499 gram. (Manuaba, 2010)

c.     Persalinan aterm

Merupakan persalinan pada kehamilan 37-42 minggu, dengan berat janin  2.500 gram atau lebih.

d.    Persalinan serotinus

Persalinan melampaui umur hamil 42 minggu, pada janin terdapat tanda postmaturitas. (Manuaba, 2010)

 

 

3.         Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan

Beberapa teori yang kemungkinan menyebabkan terjadinya proses persalinan:

a.         Teori keregangan : otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

b.        Teori penurunan progesteron : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

c.         Teori oksitosin internal : dengan menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.

d.        Teori Prostaglandin  : konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.

e.         Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis : teori menunjukkan bahwa pada kehamilan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. (Manuaba, 2010: 168)

4.         Tanda - Tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan adalah:

a.    Terjadinya his persalinan:

b.    Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan

c.     Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar

d.    Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

e.    Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah

f.     Keluar lendir yang bercampur darah (show) pada vagina

g.    Terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah dan menimbulkan perdarahan sedikit.

h.    Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam 24 jam. (Manuaba, 2010)

5.         Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a.    Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introtus vagina. Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnaya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku (Sulistyawati, 2011).

Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul juga berbeda, diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagai mana janin dapat menuruni jalan lahir (pergerakan kardinal mekanisme persalinan). Empat jenis panggul dasar dikelompokan sebagai berikut:

1)    Ginekoid (tipe wanita klasik)

2)    Android (mirip panggul pria)

3)    Antropoid (mirip panggul kera)

4)    Platipeloid (panggul pipih) (Sulistyawati, 2009).

5)    Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling yang paling sering ditemui.

Bentuk panggul ginekoid dimiliki oleh 50 % wanita. Bidang-Bidang Hodge

1)  Hodge I : Setinggi Promontorium ke Pinggir Atas Simfisis Pubis

2)  Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi Pinggir Bawah Simfisis Pubis

3)  Hodge III : Sejajar Hodge I dan II setinggi Spina Isisadika

4)  Hodge IV  : Sejajar Hodge I, II dan III setinggi Ujung Os Cocygis (Sulistyawati, 2009).

b.        Passenger (Janin Dan Placenta)

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat Interalisi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak sikap dan posisi janin. Placenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passenger. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan (Sumarah, 2009).

c.         Power (Kekuatan)

Power dibagi menjadi 2, yaitu :

1.    Kekuatan primer

2.    Kekuatan sekunder

Apabila serviks berdilatasi, maka dimulai untuk mendorong yang memperbesar kekuatan kontraksi Involunter (tenaga mengejan). Tenaga mengejan merupakan tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan Intraabdomen. Tenaga mengejan ini hanya Efektif jika pembukaan sudah lenkap dan paling Efektif sewaktu kontraksi rahim (Sulistyawati, 2011).

Kontraksi uterus involunter yang memadai dan menandai dimulainya persalinan (His). His ada 2, yaitu :

a)                     His pendahuluan / His palsu.

Merupakan peningkatan dari kontraksi dari Braxton hicks. His persalinan merupakan his yang bersifat nyeri yang mungkin disebabkan oleh auoxia dari sel-sel otot saat kontraksi, tekanan pada Ganglia dalam cerviks dan Segmen bawah Rahim oleh serabut. Serabut otot yang berkontraksi, seviks yang meregang lurus atau regangan dan tarikan pada peritonium saat kontraksi, kontraksi rahim bersifat berkala dan yang diperhatikan dalam his adalah.

1)      Lama kontraksi 45 detik sampai 75 detik

2)      Kekuatan kontraksi  naiknya tekanan intrauterin sampai 35 mmHg kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam.

 

b)      His pengeluaran

His yang mondorong anak keluar dan biasanya disertai dengan keingin mengejan (Sumarah, 2009).

6.         Perubahan Fisiologis dan Psikologis dalam Persalinan

Perubahan fisiologis maternal dalam persalinan menurut Varney (2008 ; 757 ) diantaranya :

a.    Tekanan darah, meningkat selama kontraksi desertai peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mm Hg dan diastolik rata-rata 5-10 mm Hg.

b.   Metabolisme, selama persalinan metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

c.    Suhu, sedikit meningkat selama persalinan; tertinggi selama dan segara setelah melahirkan. Yang dianggap normal ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 sampai 1oC, yang mencerminkan peningkatan metabolism selama persalinan.

d.   Denyut nadi (Frekuensi Jantung), perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai dan normalnya diantara kontraksi.

e.    Pernapasan, sedikit peningkatan pernapasan normal saat proses persalinan.

f.     Perubahan pada ginjal, poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.

g.    Perubahan pada saluran cerna, motilitas lambung dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.

h.   Perubahan hematologi, hemoglobin meningkat rata-rata 1, 2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum. Gula darah menurun selama proses persalinan, sel darah putih meningkat selamam kala satu persalinan sebesar 5000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada pembukaan lengkap.

Selain perubahan fisiologis, pada proses persalinan juga terjadi perubahan psikologis pada wanita. Kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dan pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang dikandungnya bayi yang diinginkan. (Varney, 2008 ;757 )

7.         Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal Menurut ( Sulistyawati, 2012 ) terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi

a.    Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi serta kekuatan meneran dari pasien.

b.   Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal, dari kepala janintelah melalui lubang masuk panggul pasien.

c.    Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janinke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

d.   Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring ke arah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal antara as panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul.

e.    Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakangg di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva vagina membuka lebar.

f.     Restitusi

Restitusi ialah perputaran kepala sebesar 45 derajat balik ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.

g.    Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agak terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.

h.   Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh  tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

 

8.         Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan

Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan menurut Sulistyawati (2012 ; 4):

a.    Teori penurunan hormone, 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesterone turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.

b.   Teori plasenta menjadi tua, seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebakan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.

c.    Teori distensi rahim, otot rahim mempunyau kemampuan merenggang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tertentu akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

d.   Teori iritasi mekanis, dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin) , maka akan timbul kontraksi.

e.    Teori oksitosin, oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan progesteron dan estrogen dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi Braxton hicks.

f.     Teori hipotalamus-pituari dan glandula suprarenalis, glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan

g.    Teori prostaglandin, prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan.

h.   Induksi persalinan, persalinan dapat ditimbulkan diantaranya; gagang laminaria, amniotomi, oksitosin drip.

9.         Data dasar persalinan

a.       Kontraksi

Kontraksi uterus bersifat intermiten, sehingga ada periode relaksasi uterus diantra kontraksi, yang memiliki fungsi penting sebagai berikut:

1)    Mengistirahatkan otot uterus

2)    Member kesempatan istirahat bagi wanita

3)    Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta (Varney, 2008;675)

Periode relaksasi selama 4 menit antara akhir 1 kontraksi dan permulaan kontraksi selanjut nya lebih adekuat untuk  kesejahteraan bayi, ibu, dan otot uterus. Titik kritis mutlak di capai ketika kontraksi terjadi lebih sering dari setiap 2 menit  dan memiliki durasi lebih dari 90 detik karena ini tidak memungkinkan waktu relaksasi yang cukup.  Kontraksi yang lebih sering, dengan durasi lebih panjang melebihi titik kritis ini, tidak terjadi pada persalinan spontan normal. Oleh karena itu, di perlukan pemantauan ketat selama proses persalinan berlangsung (Varney, 2008).

 

b.         Penipisan dan pembukaan

Penipisan dan pembukaan merupakan akibat langsung dari kontraksi. Penipisan terjadi karena saluran serviks yang semula memiliki panjang 2 sampai 3 cm memendek sampai pada titik saluran serviks menghilang sehingga hanya menyisakan os eksternal sebagai muara sirkular dengan bagian tepi tipis. Proses penipisan juga di fasilitasi oleh  plak lender yang terdorong keluar.

Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksterna dari muara dengan diameter berukuran beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup lebar untuk di lewati bayi. Selain akibat kontraksi sebagai daya dorong utama di latasi juga difasilitasi oleh gaya hidrostatik cairan amnion di bawah pengaruh kontraksi.

Serviks primigravida umumnya menipis 50-60% dan membuka selebar ujung jari sampai 1 cm sebelum mencapai persalinan. Awal penipisan dan pembukaan merupakan bagian perubahan serviks yang mencirikan kematangan serviks sebagai tanda awal persalina. Primigravida, dengan serviks setipis kertas, berada pada ambang persalinan aktif. Serviks pada multigravida yang memasuki persalinan biasanya berdilatasi  1 sampai 2 cm di sertai sedikit penipisan atau tidak sama sekali (Varney, 2008;676).

Frekuensi pemeriksaan dalam pada wanita intrapartum normal dianjurkan dilakukan sebanyak 5 kali saja, yakni :

1)    Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar

2)    Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan rute pemberiannya.

3)    Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap sehingga dapat di putuskan apakah ibu harus mengejan atau sebaliknya.

4)    Setelah ketuban pecah, jika di curigai atau kemungkinan terjadi prolaps tali pusat.

5)    Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika perlambatan frekuensidenyut jantung janin tidak kunjung membaik dengan perasat biasa.

Selama lima poin tersebut, pemeriksaan dalam tidak bermanfaat pada persalinan dengan kemajuan normal (Varney, 2008).

c.       Status ketuban  (Varney, 2008;678)

Menentukan apakah ketuban sudah pecah adalah hal yang penting. Diagnosis ketuban pecah dapat ditegakkan jika :

1.         Terlihat cairan amnion keluar dari os serviks dan menggenang di forniks  vagina selama pemeriksaan speculum.

2.         Tidak dapat meraba ketuban pada bagian presentasi pada orifisium serviks.

        Ketika merasa tonjolan ketuban saat melakukan pemeriksaan pervaginam , kemungkinan yang harus di pertimbangkan :

1.      Ketuban tidak pecah

2.      Kebocoran besar tinggi, yang tersumbat oleh tekanan bagian presentasi.

3.      Keluar cairan yang terperangkap diantara ketuban akibat rupture korion, bukan amnion.

10.     Kebutuhan Dasar Persalinan

Kebutuhan yang sangat penting dan mutlak untuk dipenuhi selama proses persalinan menurut (Sulistyawati, 2012;41) diantaranya :

a.    Makan dan minum per oral

Pada pasien sangat dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan berenergi sehingga kebutuhan kalorinya tetap akan terpenuhi. Jika pasien berada dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif biasanya ia hanya menginginkan cairan.

b.    Akses intravena

Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.

c.     Posisi dan ambulasi

Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat.

 

d.      Eliminasi selama persalinan (BAB atau BAK)

      Selama proses persalianan, akan mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Pasien akan merasa tidak nyaman ketika merasakan dorongan untuk BAB.

e.      Kebersihan tubuh

Sebagian pasien yang akan menjalani proses persalinan tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan, karna ia lebih terfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara.

f.        Istirahat

Istirahat sangat pnting untuk pasien karna akan membuat rileks. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karna sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa waktu. Posisi ini dilakukan agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal.

g.       Kehadiran pendamping

Kehadiran seseorang yang penting dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani proses persalinan.

h.      Bebas dan nyeri

Setiap pasien yang bersalin selalu menginginkan terbebas dari rasa nyeri akibat HIS.

11.     18 Penapisan

Menurut JNPK-KR (2008) Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :

1.       Rwayat bedah besar

2.       perdarahan pervaginam

3.       persalinan kurang bulan ( usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

4.       ketuban pecah disertai mekonium yang kental

5.       ketuban pecah lama ( lebih dari 24 jam)

6.       ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

7.       ikterus

8.       anemia berat

9.       tanda/gejala infeksi

10.   pre-eklamsi/hipertensi dalam kehamilan

11.   tinggi fundus 40 cm atau lebih

12.   gawat janin

13.   primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5

14.   presentasi bukan belakang kepala

15.   presentasi ganda (majemuk)

16.   kehamilan ganda atau gemeli

17.   tali pusat menumbung

18.   syok.

12.     Komplikasi dalam persalinan

a.    Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum persalinan. bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum di sebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah pada daerah tertentu terjadi peribahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009;678).

b.    Prolaps tali pusat

Prolap tali pusat bisa disebabkan karena tidak terisinya secara penuh pintu atas panguldan serviks oleh bagian terendah janin.

Prolaps tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1)         Tali pusat terkemuka, bila  tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak.

2)         Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.

3)         Occult prolapse, tali pusat berada disamping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak (Prawirohardjo, 2010; 626).

c.     Distosia bahu

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukan tambahan manuver obsetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak bisa dilahirkan dengan cara pertolongan biasa. Insisdensi distosia bahu 0,2-0,3% dari seluruh persalinan persentasi kepala (Prawiroharjho 2010; 43)

d.    Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak terlihat. Definisi plasenta tertinggal didasarkan pada lama waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang diharapkan (Varney, 2007).

e.    Perdarahan Kala III

Perdarahan kala III terjadi akibat pelepasan plasenta sebagian. Alasan paling umum terjadi pelepasan plasenta sebagian adalah kesalahan penatalaksanaan kala II, biasanya mencakup masalah massase uterus yang dilakukan sebelum pelepasan plasenta (Varney, 2007).

13.     Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yaitu:

a.         Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya

b.        Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

c.         Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

d.        Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.

e.         Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kehawatiran ibu.

f.          Beri dukungan, besarkan hati nya dan tentramkan perasaan ibu dan anggota keluarganya.

g.         Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

h.        Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

i.          Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik.

j.          Hargai privasi ibu.

k.        Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.

l.          Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia menginginkannya.

m.      Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu.

n.        Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,pencukuran,dan klisma.

o.        Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.

p.        Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayinya.

q.        Siapkan rencana rujukan (bila perlu).

r.          Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang  diperlukan.Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008).

14.   60 langkah asuhan persalinan normal

1)      Mengamati tanda dan gejala kala dua persalinan, pemeriksaan tanda-tanda:

a)      Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b)      Ibu merasakan tekan pada rektum dan vaginanya

c)      Perineum menonjol

d)      Vulva vagina dan sfingter ani membuka

2)      Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menetapkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3)      Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.

4)      Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai.

5)      Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6)      Mengisap oksitosin 10  unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan DTT) dan meletakkan kembali di wadah partuset.

7)      Membersihkan vulva dan perinium, menyekanya dengan hati-hati dari depan keblakang dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi air DTT.

8)      Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9)      Mendekontaminasa sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan melapaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam air klorin sealama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10)   Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa djj dalam batas normal (120-160x/menit)

11)   Memeritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan.

12)   Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia dalam keadaan nyaman).

13)   Melakukan pimpinan untuk meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14)   Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15)   Meletakkn kain yang bersih dilipat sepertiga bagian dibawah bokong ibu

16)   Membuka partuset

17)   Memakai sarung tangan DTT

18)   Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi kain letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19)   Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan)

20)   Memeriksa lilitan tali pust dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

21)   Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22)   Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing- masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk menaran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior

23)   Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi ynag berada dibawah kearah perinium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perinium, gunakan lengan bagian bawah untuk menyanggah tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.

24)   Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.

25)   Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).

26)   Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m

27)   Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu)

28)   Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.

29)   Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindaka yang sesuai.

30)   Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

31)   Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32)   Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33)   Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34)   Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

35)   Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36)   Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

37)   Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

38)   Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

39)   Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (Fundus menjadi keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

40)   Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

41)   Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

42)   Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

43)   Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tanga yang masih bersarungb tangn tersebut dengan air disenfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44)   Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45)   Mengikat satu tali simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

46)   Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan air klorin 0,5%.

47)   Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnay bersih dan kering.

48)   Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian asi.

49)   Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

50)   Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana cara melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51)   Mengevaluasi kehilangan darah

52)   Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan tiap 30 menit satu jam kedua pasca persalinan.

53)   Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi

54)   Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.

55)   Membersihkan ibu dengan air DTT. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56)   Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan asi. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minum dan makan yang diinginkan.

57)   Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan denagn larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58)   Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan air klorin 0,5% memalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam laruta klorin 0,5% selama 10 menit.

59)   Memcuci tangn dengan sabun dan air mengalir.

60)   Melengkapi partograf ( halam depan dan belakang).

(sarwono, 2009)

15.   Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

            Tujuan utama penggunaan partograf :

a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b.      Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal

c.       Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, kemajuan persalinan dan proses persalinan. (APN, 2008:55).

d.      Kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:

1)      Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.

2)      Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :

a)      U                :  Selaput ketuban Utuh (belum pecah)

b)     J             :  Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih

c)     M           :  Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur

                  Mekonium

d)     D            :  Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur

                  Darah

e)     K            :  Selaput ketuban pecah dan air ketuban Kering

Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang-lambang berikut :

a)      0     : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

  dipalpasi.

b)      1     : Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah.

c)       2     : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun

   masih bisa dipisahkan.

d)      3     : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

  dipisahkan.

3)      Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).

4)      Penurunan bagian terbawah janin

       Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak putus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.

5)      Jam : catat jam yang sesungguhnya.

6)      Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien diterima.

7)      Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :

a.       Beri titik-titik di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya <20 detik.

b.      Beri garis-garis di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

c.       Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya >40 detik.

8)      Nadi dicatat setiap 30 menit

9)      Tekanan darah dicatat setiap 4 jam

10)  Suhu badan dicatat setiap 2 jam.

11)  Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam  (APN, 2008:57-63)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.      NIFAS

 

1.       Definisi Nifas           

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.(Varney, 2007).

Masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.(Saleha Sitti, 2009). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Saleha Sitti, 2009)

Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari mereupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2010). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008).

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas menurut (Saleha Siti, 2009 )

a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

b.      Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB dan cara manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari

d.      Memberikan pelayanan KB

2.       Tahap Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha Siti diantaranya:

a.       Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.

b.      Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase aktif ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu menyusi dengan baik.

c.       Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periose ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

3.         Tujuan Asuhan Masa Nifas

a.    Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b.   Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d.   Memberikan pelayanan KB.(Saleha Siti, 2009)

4.       Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Pada Masa Nifas

Masa post partum meliputi perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi untuk mengambalikan fungsi-fungsi organ seperti sebelum hamil, menurut Varney (2008) perubahan-perubahan itu terdiri atas:

a.       Uterus

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluran desisdua/endometrium dan eksfiloisasi tempat perlekatan plasenta yang di tandai dengan penurunan ukuran berat serta perubahan pada lokasi uterus juga di tandai dengan warna dan jumlah lokia.

TABEL 1

Tinggi Fundus Uteri Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi

Tingggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Plasenta

Sepusat

1000 gr

7 Hari

Pertengahan Pusat – Symphisis

500 gr

14 Hari

Tidak Teraba

350 gr

42 Hari

Sebesar Hamil 2 minggu

50 gr

56 Hari

Normal

30 gr

 

 

 

 

b.      Lokia

Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama peurperium karena perubahan warnanya. Nama deskriptif lokia berupa:

1)      Lokia Rubra/Merah (Kruenta)

Lokia Rubra berwarna merah karena mengandung darah, ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua atau tiga hari hari pertama pasca partum.lokia rubra terutama mengandung darah dan jaringan desidua.

2)      Lokia Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

3)      Lokia Serosa

Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yng lebih pucat dari lokia rubra, serosa, dam merah muda. Lokia ini Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.lokia serosa terutama mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan, eritrosit.

4)      Lokia Alba/Putih

Lokia alba muali terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lokia ini tetap ada pada saat pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua.

 

5)      Vagina Dan Perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar. Setelah satu hingga dua hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema, sekarang vagina menjadi berdindind lunak, lebih besar dari biasanya.

c.       Payudara

Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya mempersiapakan untuk memnerikan nutrisi kepada bayinay. Wanita menyusi berespon terhadap menstimulasi bayi yang di susui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu.

5.      Seviks

Awalnya serviks berwarna kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah 2 jam hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari. Pada minggu ke 6 post partum, serviks sudah menutup kembali. (Mochtar, 2006:116)

6.    Vulva, Vagina Dan Perineum

Pada awal nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan, namun jarang kembali ke ukuran nulipara.Rugae muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya.Hymen tinggal berupa potongan kecil sisa jaringan yang berbentuk parut dan disebut carunculae myrtiformes.Robekkan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat lahir.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.

7.       Gastrointestinal

Sering terjadi konstipasi pada ibu postpartum.Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya makanan berserat selama persalinan.Disamping itu rasa takut ibu untuk buang air besar sehubungan dengan jahitan pada perineum juga menjadi penyebab terjadinya konstipasi. Buang air besar harus sudah dilakukan 3-4 hari setelah proses persalinan.

8.       Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Hal ini disebabkan karena terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah tertekan oleh kepala janin.Selain itu kandung kemih selama nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah karena setiap kali kencing masih tertinggal urine residual, inilah yang bisa menyebabkan infeksi.

9.       Perubahan Tanda-Tanda Vital

1)      Tekanan darah

Segera setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik yang akan kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan bertanggung jawab mengkaji resiko perdarahan, preeklamsi pascapartum, dan komplikasi yang relatif jarang tetapi serius jika peningkatan tekanan darah yang signifikan.

2)      Nadi

Denyut nadi yang mengalami peningkatan selama proses persalinan akan kembali normal pada jam-jam pertama pascapartum. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, hal tersebut terjadi karna saat ini ibu berada dalam keadaan istirahat penuh.

Pada ibu yang denyut nadinya di atas 100x/menit selama peurperium merupakan kondisi yang abnormal dan menunjukkan adanya infeksi atau late hemoragi khususnya bila disertai dengan peningkatan suhu.

3)      Respirasi

Fungsi pernafasan kembali normal selama pascapartum, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Nafas yang pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, asma, embolus paru, dan mungkin juga karna ikutan tanda-tanda syok.

4)      Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit antara 37,20 C – 37.50 C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara.

Bila kenaikkan menccapai 380 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi pascapartum.

10.   Penurunan Berat Badan

Di samping kehilangan berat badan 5-6 kg karena pengeluaran bayi dan kehilangan darah normal, biasanya terdapat penurunan lebih lanjut 2-3 kg melalui dieresis.

Berat badan turun mendekati sebelum hamil dalam 6 bulan setelah persalinan, tetapi tetap berlebih rata-rata 1,4 kg.

11.     Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas

Pada masa nifas wanita banyak mengalami perubahan selain fisik yaitu peningkatan emosi.Pada masa ini wanita mengalami transisi menjadi orang tua.

Berikut merupakan fase yang dilalui ibu saat masa postpartum:

a.       Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

b.      Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu, perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

Oleh sebab itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c.      Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.(Vivan 2011;65)

12.   Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas menurut (Vivian 2011;71)

a.       Nutrisi dan Cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu  mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

1)  Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2)  Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup

3)  Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

4)  Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan

5)  Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

13.   Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu pot partum bangun dari tempat tidurnya dari membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :

1)  Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

2)  Faal usus dan kandung kemih baik

3)  Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan member makan

4)  Early ambulation tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi peneyembuhan luka episiotomy atau luka di parut serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri( Vivian 2011;72)

14.   Eliminasi

a.      Buang Air Kecil

Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc. Maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk dikateteisasi.

Berikut ini sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum:

1)    Berkurangnya tekanan intrabdominal

2)    Otot-otot perut masih lemah

3)    Edema dan uretra

4)    Dinding kandung kemih kurang sensitif

b.      Buang Air Besar

Ibu postpartum diharap dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setela pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB , maka dilakukan klisma (huknah)

15.   Personal Higiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adala sebagai berikut:

1)      Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

2)      Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitarvulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Masehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

3)      Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapatdigunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

4)      Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut(Vivian 2011;74)

16.   Istirahat dan Tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.

1)      Ajarkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

2)      Sarankan ibu untuk pada kegiatan rumah tangga secara perlahan lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

3)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.

a)    Mengurangi jumlah prosuksi ASI yang diprosuksi.

b)   Memperlambat proses involusi utrrus dan memperbanyak perdarahan.

c)    Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

17.     Aktifitas Seksual

Akifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifasharus memenihi sayrat sebagai berikut ini.

1)        Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untu memualai mealkukan hubungan suamii isteri kapan saja ibu siap.

2)        Banyak budaya yang mempunyai tradisi memunda hubungan suami isteri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

18.     Latihan Senam Nifas

Setelah perslinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada allat-alay kandungan. Sebagai akibatnya kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut ini

1)    Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena ini akan membuat ibu akan merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

2)    Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setipa hari sangat membantu.

a)    Dengan tidur terlentang dan lenagn disamping, tarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b)   Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah senam keagel.

3)    Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan panggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

4)    Mulai mengerjakan 5 kali latihan untu setiap gerakan. Setiap minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

19.     Asuhan Dasar Masa Nifas

a.       Kebersihan diri

1)      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh.

2)      Menjelaskan ibu cara  membersihkan daerah kelamin dengan cara  bersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian baru daerah anus.

3)      Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali setiap hari.

4)      Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan  sesudah membersihkan daerah kelamin.

5)      Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

b.      Istirahat

1)      Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

2)      Menyarankan ibu untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga seperti biasa perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tertidur.

3)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.

a)      Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b)      Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

c)       Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya sendiri.

c.       Latihan            

1)      Menjelaskan tentang latihan tertentu yang sangat membantu beberapa menit setiap hari.

2)      Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada tahan  satu hitungan sampai lima, rileks dan ulangi sepuluh kali (latihan kegel).

3)      Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan panggul dan tahan sampai lima hitungan, kendorkan dan ulangi latihan.

d.      Gizi ibu menyusui

1)      Mengkonsumsi tambahan 500 Kalori setiap hari.

2)      Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.

3)      Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (setiap kali menyusui).

4)      Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

5)      Minum kapsul Vit A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vit A kepada bayinya melalui ASI.

e.      Perawatan Payudara

1)      Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

2)      Menggunakan BH yang menyokong payudara.

3)      Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.

4)      Apabila putting susu lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan untuk diminumkan dengan  menggunakan sendok.

5)      Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum paracetamol tablet setiap 4 sampai 6 jam.

6)      Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI.

a)      Pengompresan payudara dengan air hangat selama 5 menit.

b)      Urut payudara dari pangkal sampai putting

c)       Susukan bayi  setiap 2-3 jam sekali

d)      Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

e)      Payudara dikeringkan

 

f.        Tanda Bahaya Pada Ibu Masa Nifas     

a)    Perdarahan yang banyak segera atau dalam 1 jam setelah melahirkan.

b)   Tekanan darah tinggi, pusing, mata berkunang-kunang, nyeri epigastrik

c)    Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

d)   Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit

e)    Kaki terasa nyeri saat ditekan dan ketika diangkat, teraba panas, dan kemerahan.

f)    Perdarahan yang terjadi dalam 42 hari setelah melahirkan yang berlangsung terus menerus, disertai keluarnya cairan dari liang rahim yang berbau.

g)    Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan diri sendiri.

g.       Keluarga Berencana

Sebelum menggunakan KB, ibu harus tahu tentang: metode kerjanya, keuntungan, kekurangan, efek samping, cara memakainya, kapan metodenya dilakukan. KB lebih aman dilakukan apabila ibu sudah haid. (Saifuddin, 2009:127-129).

Konseling Keluarga Berencana

Konseling merupakan  aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan KB dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat oemberian pelayanan (BPPPK, 2010)

1)    MAL (Metode Amenorea Laktasi)

a)      Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.

 

b)    MAL dapat dipakai senbagai kontrasepsi bila :

 Menyusui secara penuh lebih dari 8x sehari

                                                    (1)    Belum haid

                                                    (2)    Umur bayi kurang dari 6 bulan

c)      Cara Kerja

Penundaan/penekanan ovulasi

d)      Keuntungan Kontrrasepsi

                                                    (1)    Efektivitas tinggi

                                                    (2)    Segera efektif

                                                    (3)    Tidak mengganggu senggama

                                                    (4)    Tidak ada efek samping secara sistematik

                                                    (5)    Tidak perlu pengawasan medis

                                                    (6)    Tidak perlu obat atau alat

                                                    (7)    Tanpa biaya

e)      Keterbatasan

                                                    (1)    Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan

                                                    (2)    Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social

                                                    (3)    Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan

                                                    (4)    Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

2)    Kontrasepsi Progestin

a)    Kontrasepsi Suntikan Progestin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung Progestin, yaitu :

                                                  (1)        Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (daerah bokong)

                                                  (2)        Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantar, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.

b)   Cara Kerja

                                                     (1)     Mencengah ovulasi

                                                     (2)     Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penettrasi sperma

                                                     (3)     Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

                                                     (4)     Menghambat trasportasi gamet oleh tuba

c)       Keuntungan KB suntikan:

                                                  (1)        Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu

                                                  (2)        Tingkat efektivitasnya tinggi

                                                  (3)        Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

                                                  (4)        Pengawasan medis yang ringan

                                                  (5)        Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-kegugran atau pascamenstruasi

                                                  (6)        Dapat mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi

                                                  (7)        Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan mendapatkan menstruasi

d)      Kerugian KB suntikan:

                                                  (1)        Perdarahan yang tidak menentu

                                                  (2)        Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

                                                  (3)        Masih terjadi kemungkinan hamil

                                                  (4)        Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB menghentikan suntikan KB.(Manuaba, 2012)

e)   Yang dapat menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

                                                    (1)    Usia reproduksi

                                                    (2)    Nulipara dan yang telah memiliki anak

                                                    (3)    Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

                                                    (4)    Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

                                                    (5)    Setelah melahirkan dan tidak menyusui

                                                    (6)    Setelah abortus atau keguguran

                                                    (7)    Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

                                                    (8)    Perokok

                                                    (9)    Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit

                                                (10)    Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis

                                                (11)    Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

                                                (12)    Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

                                                (13)    Anemia defisiensi besi

                                                (14)    Mendekati menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

f)     Yang tidak boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

                                                  (1)        Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada jam 7 per 100.000 kelahiran)

                                                  (2)        Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

                                                  (3)        Tidak dapat menerima terjadinya ganngguan haid, terutama amenorea

                                                  (4)        Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

                                                  (5)        Diabetes melitus disertai komplikasi (BKPPPKB, 2006)

3)    Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

a)   Jenis Minipil

                                                (1)    Kemasan dengan isi 35 pil : 350mg levonorgestrel atau 350 mg noretindron

                                                (2)    Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogestrel

b)   Cara Kerja Minipil

                                                (1)    Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium

                                                (2)    Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit

                                                (3)    Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetrasi senggama

                                                (4)    Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

c)    Efektivitas

Sangat efektif (98,5%).

d)   Keuntungan Kontrasepsi

                                                (1)    Sangat efektif bila digunakan secara benar

                                                (2)    Tidak mengganggu hubungan seksual

                                                (3)    Tidak mempengaruhi ASI

                                                (4)    Kesuburan cepat kembali

                                                (5)    Nyaman dan mudah digunakan

                                                (6)    Sedikit efek samping

                                                (7)    Dapat dihentikan setiap saat

                                                (8)    Tidak mengandung estrogen

e)   Yang Bolehh Menggunakan Minipil

                                           (1)    Usia Reproduksi

                                           (2)    Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak

                                           (3)    Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui

                                           (4)    Pascapersalinan dan tidak menyusui

                                           (5)    Pascakeguguran

                                           (6)    Perokok segala usia

                                           (7)    Mempunyai tekanan darah tinggi atau dengan masalah pembekuan darah

                                           (8)    Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan estrogen

f)     Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil

                                           (1)    Hamil atau diduga hamil

                                           (2)    Perdarahan Pervaginam yang belum jelas penyebabnya

                                           (3)    Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

                                           (4)    Menggunakan  obat tuberculosis, atau obat untuk epilepsy

                                           (5)    Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

                                           (6)    Sering lupa menggunakan pil

                                           (7)    Miom uterus

                                           (8)    Riwayat stroke (BPPPK,2010)

4)    Kontrasepsi Implan

a)   Jenis kontrasepsi implant :

                                                (1)    Noorplant terdiri dari 6 batangsilastik lama kerjanya 5 tahun

                                                (2)    Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan lama kerjanya 3 tahun

                                                (3)    Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang dengan lama kerja 3 tahun

b)   Cara kerja

                                                (1)    Lendir serviks menjadi kental

                                                (2)    Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

                                                (3)    Mengurangi trasnsportasi sperma

                                                (4)    Menekan ovulasi

c)    Keuntungan kontrasepsi

                                                (1)    Daya guna tinggi

                                                (2)    Perlindungan jangka panjang

                                                (3)    Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

                                                (4)    Tidak perlu memerlukan pemeriksaan dalam

                                                (5)    Bebas dari pengaruh estrogen

                                                (6)    Tidak menggangu kegiatan senggama

                                                (7)    Tidak mengganggu ASI

                                                (8)    Klien hanyta perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

                                                (9)    Dapat dicabut setiap saat dengan kebutuhan

5)    AKDR dengan Progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesterone dari Mirena yang mengandung Levonorgestrel.

a)   Cara Kerja :

                                                (1)    Endometrium mengalami tranformasi yang ireguler sehingga menggangu implantasi

                                                (2)    Mencegah terjadinya pembuahan dangan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma

                                                (3)    Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi

                                                (4)    Menginaktifkan sperma

b)   Keuntungan Kontrasepsi

                                                (1)    Efektif dengan proteksi jangka panjang

                                                (2)    Tidak mengganggu hubungan suami istri

                                                (3)    Tidak berpengaruh terhadap ASI

                                                (4)    Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat

                                                (5)    Efek sampingnya sangat kecil

h.      Komplikasi Pada Masa Nifas

Komplikasi pada masa nifas menurut Dewi, 2011 yaitu:

a.       Hemoragi

Hemoragi/perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan pasca persalinan primer dan perdarahan pasca persalinan sekunder. Perdarahan pasca persalinan primer seperti atonia uteri, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan pasca perslinan sekunder seperti sisa konsepsi dan gumpalan darah

b.      Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI).

Jenis-jenis infeksi masa nifas yaitu:

1)      Endometriosis

2)      Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa cara; penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.

3)      Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum.

4)      Infeksi trauma vulva, perineum, vagina dan serviks

5)      Infeksi saluran kemih kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.

6)      Mastitis adalah infeksi payudara. Terjadi akibat invasi jaringan payudara oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara.

c.       Tromboflebitis dan emboli paru

Tromboflebitis superficial (yang terjadi dekat dengan permukaan) ditandai dengan nyeri tungkai dan teraba hangat pada daerah yang terkena tromboflebitis.

d.      Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Hematoma terjadi karena rupture prmbuluh darah spontan atau akibat trauma.

e.       Depresi pascapartu

i.        Asuhan Sayang Ibu pada Masa Pascapersalinan

Asuhan sayang ibu pascapersalinan yaitu:

a.       Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya

b.      Bantu ibu untuk berdekatan dengan bayinya, bantu ibu untuk memberikan ASI sesuai dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif

c.       Ajarkan ibu dan keluarganya nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan

d.      Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayinya

e.       Ajarkan ibu dan keluarganya gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir (JNPK-KR, 2008)

 

 

Daftar Kunjungan Masa Nifas

Tabel 3

 Kunjungan Nifas

 

Kunjungan

Waktu

Tujuan

1.

6-8 jam setelah persalinan

a.      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b.      Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan.

c.      Memberi konseling pada ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d.      Pemberian ASI awal.

e.      Melakukan hubungan antara ibu dan bayinya.

f.       Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mencegah hipotermi.

g.      Jika petugas menolong persalinan dirumah, ia harus tetap mengawasi ibu dan BBL untuk 2 jam pertama post partum dan sampai keadaan stabil.

2.

6 hari setelah persalinan

a.      Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b.      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c.      Memastikan ibu mendapat cukup makanan cairan dan istirahat.

d.      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda.

e.      Memberikan konseling pada ibu dan keluarga mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3

2 minggu setelah persalinan

Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

4

6 minggu setelah persalinan

a.      Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ia atau bayi alami.

b.      Memberikan konseling KB secara dini dan imunisasi pada bayi

(Sumber: Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBP-SP.)

 

 

 

20.   Diagnosis

Masa nifas nomal jika involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.

a.       Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas

b.      Adanya penyulit/masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses payudara

21.   Pengkajian

1.       Anamnesis

Riwayat ibu

1)      Nama, umur

2)      Tanggal dan tempat tanggal lahir

3)      Penolong

4)      Jenis pesalinan

5)      Masalah-masalah selama persalinan

6)      Nyeri

7)      Menyusui atau tidak.

8)      Keluhan-keluhan saat ini, misalnya: kesedihan/ depresi, engeluaran pervaginam, perdarahan/lokea, puting. Payudara.

9)      Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.

 

TABEL 2

PEMERIKSAAN KONDISI IBU

Umum

Payudara

Perut/uterus

Vulva/perineum

1.    Suhu tubuh

2.    Denyut nadi

3.    Tekanan darah

4.    Tanda-tanda anemia

5.    Tanad-tanda edema/ tromboflebitis

6.    Refleks

7.    Varises

8.    CVAT (cortical vetrebrata area tendemess)

 

1.    Puting susu (pecahm pendek, rata)

2.    Nyeri tekan

3.    Abses

4.    Pembengkakan/ ASI terhenti

5.    Pengeluaran ASI

1.    Posisi uterus/ TFU

2.    Kontraksi uterus

3.    Ukuran kandung kemih

1.      Pengeluaran lokhea

2.  Penjahiatn laserasi/ luka episiotomi

3.  Pembengkakan

4.  Luka

5.  hemoroid

Sumber : Saifuddin, Abdul Bari, 2009

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.KELUARGA BERENCANA

 

1.    Pertian Keluarga Berencana

                        Menurut  Undang –undang No. 10/1992 KB adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. Dan menurut WHO.  Tindakan yang membantu induvidu/ pasutri untuk : Mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak dinginkan, mendapatkan kelahiran yang dinginkan, mengatur interval antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. ( Anggraini Yetti, 2011)

2.    Tujuan Program KB

a.   Tujuan umum

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kehamilan anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera  yang  dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

b.  Tujuan KB berdasarkan RENSTRA  2005-2009 meliputi :

a)    Keluarga dengan anak ideal

b)    Keluarga sehat

c)     Keluarga berkependidikan

d)    Keluarga sejahtera

e)    Keluarga berketahanan

f)     Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

g)    Penduduk tumbuh seimbang . ( Anggraini Yetti, 2011)

3.    Klasifikasi Persyaratan Medis

Menurut  ( Saifuddin, 2010) keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan medis dalam  setiap metode kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu :

1)    Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan kontrasepsi.

2)    Penggunaan kontrasepsi lebih besar  manfaatnya dibandingkan dengan resiko yang diperkirakan akan terjadi.

3)    Resiko yang diperkirakan lebih besar dari pada manfaat penggunaan kontrasepsi.

4)    Resiko akan terjadi jika metode kontrasepsi digunakan.

5)    Kategori 1 dan 4 menunjukkan bahwa metode kontrasepsi dapat digunakan. Kategori ke 2 menunjukkan bahwa metode kontrasepsi tersebut dapat digunakan namun membutuhkan tindakan lanjut secara seksama. Kategori 3 memerlukan penilaian klinik dan akses pelayanan klinik yang baik.

4.    Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi

Estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, esterogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran hormone luteinizing (LH). Esterogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil kontrasepsi mencapai uterus-endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.

a.    Kontrasepsi Hormonal Pil

Berbagai pabrik farmasi terdapat perbandingan kekuatan estrogenik (lebih dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan progesterone), melalui penilaian siklus menstruasi.

Keuntungan dan kerugian memakai KB pil

Keutungan KB pil diantaranya:

1)   Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin 100%.

2)   Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah :

a)        Ketegangan menjelang menstruasi.

b)        Perdarahan menstruasi yang tidak teratur.

c)         Nyeri saat menstruasi.

d)        Pengobatan pasangan mandul.

e)        Pengobatan penyakit endometriosis.

3)   Dapat meningkatkan libido.

Kerugian KB pil diantaranya:

1)    Harus minum pil secara teratur.

2)    Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium.

3)    Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh akne, mual sampai muntah).

4)    Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.

Jenis-jenis pil KB yaitu:

1)    Pil kombinasi, sejak semula telah terdapat kombinasi komponen progesterone dan esterogen.

2)    Pil sekuensial, pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung esterogen, pil ketigabelas dan seterusnya merupakan kombinasi.

3)    Progesteron, pil ini hanya mengandung progesterone dan digunakan ibu postpartum.

4)    After morning pil, pil ini digunakan segera setelah hubungan seksual.

b.    Kontrasepsi hormonal suntikan

Waktu pemberian KB suntikan adalah pasca-persalinan (segera ketika masih dirumah sakit, jadwal suntikan berikutnya), pasca-abortus (segera setelah perawatan, jadwal waktu suntikan diperhitungkan), dan interval (hari kelima menstruasi, jadwal waktu diperhitungkan dengan pedoman Depoprovera (interval 12 minggu), Norigest (interval 8 minggu) dan Cyclofem (interval 4 minggu).

c.     Kontrasepsi Hormonal Susuk (Norplant atau Impalnt)

Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atas. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan menyebbakan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.

Keuntungan KB susuk yaitu: kontrol medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya murah dan jangka waktu panjang, sedangkan kerugian KB susuk yaitu: menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur, berat badan bertambah, menimbulkan akne, ketegangan payudara, danliang senggama terasa kering.

d.    Kontrasepsi AKDR

AKDR merupakan alat kontraspsi yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang. Benang-benang ini memudahkan memeriksa alat kontrasepsi dan pelepasan alat kontrasepsi. Ada dua jenis AKDR yakni yang mengandung obat dan tidak mengandung obat.

Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti, tetapi cara kerjanya bersifat lokal. Sebagai bukti dapat dijumpai kehamilan dengan AKDR, AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi normal dan siap menerima konsepsi. Mekanisme kerja lokal AKDR sebagai berikut :

1)    AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.

2)    AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.

3)    Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokistidak mampu melaksanakan nidasi.

4)    Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

Keuntungan AKDR yaitu :

1)   Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.

2)   Kontrol medis yang ringan.

3)   Penyulit tidak terlalu berat.

4)   Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.

Kerugian AKDR yaitu:

1)   Masih terjadi kehamilan di AKDR in situ.

2)   Terdapat perdahan (spotting dan menometroragia).

3)   Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah.

4)   Dapat terjadi infeksi.

5)   Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik.

6)   Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 2012).

5.    Metode Kontrasepsi suntik progrestin

a.    Profil

a)    Sangat efektif

b)   Aman

c)    Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi

d)   Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan

e)    Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan prodksi ASI (Saifuddin, 2010).

b.    Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progrestin, yaitu:

1)    Depo medroksiprogesteron aseta (depoprovera),mengandung 150 mg DMPA. Yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular (didaerah bokong)

2)    Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

c.     Cara kerja

1)   Mencegah ovulasi

2)   Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

3)   Menjadikan selaput lendir tipis dan atropi

4)   Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Saifuddin, 2010)

d.    Efektivitas

Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi. Dengan 0.3 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (Saifuddin, 2010)

e.    Keuntungan

1)    Sangat efektif.

2)    Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3)    Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

4)    Tidak mengandung ekstrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan ganggauan pembekuan darah.

5)    Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6)    Sedikit efek samping.

7)    Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8)    Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause.

9)    Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

10)Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

11)Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

12)Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sikle sell). (Saifuddin, 2010)

f.     Keterbatasan

1)    Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

a)   Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b)   Perdarahan yang banyak atau sedikit

c)   Perdarahan tidak teratur atau perdaran bercak (spotting)

d)   Tidak haid sama sekali

2)    Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan)

3)    Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4)    Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5)    Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

6)    Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

7)    Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terrjadinya kerusakan/kelainan pada organ  genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan  obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).

8)    Terjadi perubahan pada lipid serum pada gangguan jangka panjang.

9)    Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurukan kepadatan tulang.

10)Pada gangguan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi jangka (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. (Saifuddin, 2010)

g.    Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progrestin

1)    Usia reproduksi.

2)    Nulipara dan yang telah memiliki anak.

3)    Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.

4)    Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5)    Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6)    Setelah abortus atau keguguran.

7)    Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8)    Perokok.

9)    Tekanan darah < 180/110 mmHg. Dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

10)Menggunakan obat untuk epilepsy (finotoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin)

11)Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12)Sering lupa menggunakan         pil konrasepsi.

13)Anemia difiensi besi.

14)Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. (Saifuddin, 2010)

h.    Yang tidak boleh menggunakan kontrassepsi suntikan progrestin

1)      Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).

2)      Perdarrahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.

3)      Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

4)      Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5)      Diabetes millitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2010).

i.      Waktu mulai menggunakan kontrasepsi

1)    Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

2)    Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.

3)    Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4)    Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, sumtikan pertama dapat diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

5)    Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadual kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6)    Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengantinya dengan kontrsepsi hormonal, suntikan pertama kontrapsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu terseebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik pada hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

7)    Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.

8)    Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.  Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (Saifuddin, 2010)

j.      Cara penggunaan kontrasepsi

1)      Kontrasepsi suntikan DMPA diberika setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramukular dalam pada daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bisa bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

2)      Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.

3)      Kocok dengan baik, dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkanya (Saifuddin, 2010).

 

6.    Standar Asuhan Kebidanan

1.    Standar Asuhan Kebidanan

Menurut KEPMENKES Nomor 938/Meknkes/SK/VIII/2007, adalah sebagai berikut:

Standar I: Pengkajian

Pernyataan standar: Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap adri semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Kriteria pengkajian:

a.    Data tepat, akurat dan lengkap.

b.   Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehaatn dan latar belakang sosial budaya).

c.    Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksan penunjang).

Standar II: Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Pernyataan Standar: Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestrasikan secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosis dan masalah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnosis atu masalah kebidanan:

a.    Diagnosis sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

b.   Masaalh dirumuskan dengan kondisi pasien.

c.    Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan seacra mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Standar III: Perencanaan

Pernyataan Standar: Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan amsalh yang ditegakkan.

Kriteria perencanaan:

a.    Rencana tndakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tndakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.

b.   Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga.

c.    Mempertimbangkan kondisi psikolgis, sosial budaya, klien/keluarga.

d.   Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien yang berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

e.   Mempertimbangkan  kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada.

Standar IV: Implementasi

Pernyataan: Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif, efektif, efesien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Kriteria:

a.    Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural.

b.   Setiap tindakan harus mendapatkan tindakan persetujuan dari klien dan atau keluarganya (informed consent).

c.    Melkaukan indakan asuhan berdasarkan evidance based.

d.   Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

e.   Menjaga privacy klien/pasien.

f.     Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

g.    Mengikuti perkembangan kondis klien secara berkesinambungan.

h.   Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.

i.      Melakukan tindakan sesuai standar.

j.     Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

Standar V: Evaluasi

Pernyataan: Bidan melakukan evaluasi secarasistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuahan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Kriteria:

a.    Penilaian dilakukan segera setelah selesai melakukan asuhan sesuai kondisi klien.

b.   Hasil evaluassi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga.

c.    Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

d.   Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pernyataan: Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akuarat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadain yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Kriteria:

a.    Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuahan pada formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status pasien/Buku KIA).

b.   Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

c.    S adalah data subyektif, mencatat hassil anamnesis.

d.   O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.

e.   A adalah analisis, mencatat diagnosis dan masalah kebidanan.

f.     P adalah perencanaan, mencatat seluruh hasil perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukunagn, kolaborasi, evaluasi,follow up dan rujukan.

2.    Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney (1997)

Varney (1997) menjelaskan bahwa proses menejemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an. Proses ini memperkenalkan sebuah metide dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan ynag logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yanng berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diyraikan lagi menjadi lankah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah ssebagai berikut:

Langkah 1: Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengmpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

a.    Riwayat Kesehatan.

b.    Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

c.     Meninjau catatan atau catatan sebelumnya.

d.    Meninjau data leboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

Langkah 2: Interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikassi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

a.    Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

b.    Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.

c.     Memiliki ciri khas kebidanan.

d.    Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan.

e.    Dapat diselesaikan dengan oendekatan menejemen kebidanan.

Langkah 3: Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan dignosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan  dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah 4: Mengidentifikasikan dann menetapkan kebutuhan yang memerlukan penangan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ atau dikonsultasikan atau ditangani   bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klaien. Langkah keempat ini kesimambungan dari proses menejemen kebidanan. Jadi menejemn bukan hanya selama asuhan wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu  wanita tersebut dalam persalinan.

Langkah 5: Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakn kelanjutan menejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak tidak lengkapi.

Langkah 6: Melaksanakan perencanaan,

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7: Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dsri asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan  bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam  masalah dan diagnosis. Recana tersebut dapat dianggap efektifi jika memang benar efektif dalam pealksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian belum efektif

1. Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidananan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjekktif, O adalah data Objektif, A adalah Analysis/Assesment dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran, penatalaksanaan manajemen kebidanan.

S (Data Subjektif)

Data subjektif (S), merupakan pendomkumentasainmanajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandng pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

O (Data Objektif)

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varneypertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif ini. Dan ini akan memberikan bukti gelaja klinis pasien dan fakta yang berhubung dengan diagnosis.

A (Assessment)

A (Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan ineterprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajement kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan infoemasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

P (planing)

Planning

Planning/perencanaan, adalah membuat asuhan rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Meskipun secara istilah P adalah planning/perencanaan saja, namaun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut helen varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh.

Sistem Pengumpulan Data Rekam Medik

Sistem pengumpulan data rekam medik bidan praktik swasta/mandiri. Pencatatan dan pengumpulan data di bidan praktek swasta/mandiri tercatat dalam beberapa formulir dan buku rekam medis. Pada umumnya pelayanan kesehatan yang diberikan di sebuah BPS/BPM adalah pelayanan KIA dan oealyanan rawat inap untuk perslinan. Sesuai dengan pealyanan yang diberikan, BPS mempunyai kewajiban untuk membuat pencsatatn dan pealopran. Pencatatan dan pelaoran meliputi semua klien yang dilayani, dimasukan dalam beberapa formulir, diantaranya kartu ibu, status ibu, informed consent, buku KIA, lembar observasi, persetujuan tindakan medis, kartu anak, status anak, kartu peserta KB, kartu status peserta KB, dan kartu persetujuan KB. (Muslihatun, 2009)

C.      Kerangka Pemecahan Masalah/Kerangka Pikir

1.       Pengertian Keluarga Berencana

Menurut Undang-undang No. 10/1992 KB  adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudakn keluarga kecil yang bahagia sejahtera.

Dan menurut WHO (expert Committe, 1970), tindakan yang membantu individu/ pasutri untuk : Mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak dinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Anggaini, Yetti, 2011)

2.       Jenis-jenis alat kontrasepsi

1)      Kontrasepsi Hormonal Pil

2)      Kontrasepsi Hormonal Suntikan

3)      Kontrasepsi Susuk

4)      Kontrasepsi AKDR

3.       Metode Kontrasepsi suntik progrestin

a.       Profil

a)      Sangat efektif

b)      Aman

c)      Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi

d)      Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan

b.      Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan prodksi ASI Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progrestin, yaitu:

a)      Depo medroksiprogesteron aseta (depoprovera), mengan-dung 150 mg DMPA. Yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular (didaerah bokong).

e)      Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular (Saifuddin, 2010).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.      Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi/pengamatan dengan rancangan Continuity of care (kehamilan, persalinan, nifas dan KB).

 

B.       Lokasi dan Waktu Penelitian

1.    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPM Sulistiawati Pekalongan Lampung Timur. 

2.    Waktu Penelitian

e.       Kehamilan            : tanggal 04 April 2016 – 27 April 2016

f.       Persalinan             : tanggal 018 Mei 2016

g.      Nifas                    : tanggal 18 Mei 2016 – 03 Juni 2016

h.      KB                       : tanggal 03 Juni 2016 – 11 Juni 2016

C.      Teknik Menentukan Sasaran Asuhan

Sasaran asuhan ibu hamil dari usia kehamilan 35 minggu sampai Bersalin, Nifas dan KB dan mendapatkan persetujuan dari pasien pembimbing akademik dan pembimbing lahan.

D.      Managemen Kebidanan

Manajemen kebidanan yang digunakan adalah SOAP dengan pola pikir varney dengan penjelasan sebagai berikut:

1.      Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:

a.       Riwayat kesehatan

b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

c.       Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d.      Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsutasikan kepada dokter  dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

2.      Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan  sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Diagnosa kebidanan, yaitu  diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan adalah:

a.       Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

b.      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

c.       Memiliki cirri khas kebidanan

Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3.      Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharpkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

4.      Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisin klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidnan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan perinatal saja, tetapi juga pada selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

5.      Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan  tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap  wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya , apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah uang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis.

6.      Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan  oleh bidan dan sebagaian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

7.      Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi  keefektifan dari asuhan yang suddah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP yaitu

1.         S (Data Subjektif)

Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhaawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Pada pasien bisu, dibagian data di belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X’. tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wisma.

2.    O (Data Objektif)

Data objektif (O), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,  pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lainnya. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnostik.

3.    A (Analysis/Assesment)

 merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiapsaat bisa mengalami perubaha, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

4.         P (Planning)

perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasi analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai criteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus membantu pasien dalam mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

 

E.       Persetujuan Etik

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi Akademi Kebidanan Patriot Bangsa Husada yang tembusannya di sampaikan ke Bidan Sulistiawati. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi :

Informed consent, informed choice dan Kontrak Kegiatan.

Informed consent atau lembar persetujuan di berikan kepada subyek yang akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan asuhan kebidanan berkelanjutan. Jika subyek setuju maka harus menandatangani lembar  persetujuan tersebut.


 

BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN CONTINUITY OF CARE TERHADAP NY. D

DI BPM SULISTIAWATI PEKALONGAN

 LAMPUNG TIMUR

 

 

DATA SUBYEKTIF

1.      Identitas / Biodata

Nama Istri       : Ny. D                                    Nama Suami    : Tn. S

Umur               : 23 tahun                    Umur               : 23 tahun

Agama             : Islam                         Agama             : Islam

Suku                : Jawa                          Suku                : Jawa

Pendidikan      : SMP                          Pendidikan      : SMK

Pekerjaan         : karyawan                   Pekerjaan         : Karyawan

Alamat             : Pekalongan                Alamat            : Pekalongan

2.      Anamnesa Pada Tanggal 18 Mei 2016 Pukul : 16.00 WIB

a.       Keluhan utama saat masuk

Ibu datang mengatakan hamil anak pertama, belum pernah mengalami keguguran dengan usia kehamilan 9 bulan, mengeluh perut mulas dan nyeri dari perut bawah menjalar ke pinggang sejak pukul 07.00 WIB,

Keluhan sejak kunjungan terakhir :

Ibu mengatakan terasa pegal-pegal pada daerah pinggang dan ibu merasa cemas karena akan menjalani proses persalinan.

 

b.      Tanda-tanda Persalinan

1)      His                                           : ada

2)      Sejak tanggal                           : 18 Maret 2015

3)      Pukul                                       : 07.00 WIB

4)      Frekuensi                                 : 2 x setiap 10 menit

5)      Lamanya                                  : 20-30 detik,

6)      Kekuatan                                 : sedang

7)      Lokasi ketidanyamanan          : punggung dan perut

 

c.       Pengeluaran Pervaginam

1)      Darah lendir                            : ada

2)      Air ketuban                             : utuh

Jumlah                                     : -

Warna                                      : -

3)      Darah                                       : -

Jumlah                                     : -

Warna                                      : -

 

d.      Masalah-masalah  khusus

Tanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor resiko / predisposisi maupun resiko tinggi yang dialami : tidak ada

e.       Riwayat Kehamilan Sekarang

1)      HPHT                                      : 23-08-2015

2)      Haid bulan sebelumnya           : 20-07-2015

3)      Lamanya                                  : 5-6 hari

4)      Siklus                                       : 28 hari

5)      ANC                                        : Teratur

6)      Frekuensi                                 : 7 kali

7)      Di                                            : BPM

8)      Kelainan/Gangguan                 : Tidak ada

 

f.       Riwayat Imunisasi           :

TT1                                      :  pada tanggal 28 juli 2015

TT2                                      :  pada tanggal 20 januari 2016

g.      Riwayat Kehamilan, Persalinan yang lalu

Hamil Ke -

Tahun

Lahir

Lama danJenis

Persalinan

Penyulit

Komplikasi

Penolong

Dan Tempat

BBL

Keadaan

Anak

-

-

-

-

-

-

-

 

h.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir   : teratur ± 10 kali / 24 jam

i.        Makan dan minum terahir            : 11.00 WIB

j.        Buang air besar terahir                 : 18.00 WIB

k.      Buang air kecil terahir                  :16.00 WIB

l.        Pola istirahat dan Tidur

Pola istirahat dan tidur     : Tidak ada perubahan antara sebelum hamil dan selama hamil. Tidur  malam pada pukul 21.00 – 05.00 (8 jam) Tidur siang sekitar 2 jam (kadang-kadang).

 

 

m.    Psikologis

Ibu cemas menghadapi persalinannya, karena ini merupakan persalinan yang pertama.

n.      Keluhan lain-lain  : Tidak ada

 

        I.            DATA OBJEKTIF

1.      Keadaan Umum          : baik   Kesadaran       : composmentis

2.      Status Emosional         : cemas

3.      Tanda Vital     :

Tekanan Darah            : 110/80 mmHg

Nadi                            : 78x/menit

Pernafasan                   : 20x/menit

Suhu                            : 36,0 oC

4.      TP                                : 30 Mei 2016

5.      Pemeriksaan Fisik                                           

a.    Rambut                                           : bersih , tidak ada ketombe

b.    Muka                                 

Oedema                                          : tidak ada

Kelopak mata                                 : simetris, tidak odem

Conjungtiva                                    : merah muda

Sklera                                              : an ikterik

c.    Leher                                 

Pembesaran kelenjar thyroid          : tidak ada

Kelenjar getah bening                     : pembesaran   : tidak ada

 

d.   Dada          

Payudara                                         : simetris

puting susu                                     : menojol

colostrum                                        : tidak ada

e.    Ektermitas atas  dan bawah

Oedema tangan dan kaki                : tidak ada

f.     Abdomen

Bekas luka                                      : tidak ada

Pembesaran                                     : sesuai usia kehamilan

Konsistensi                                     : keras

Kandung kemih                              : kosong

 

6.      Pemeriksaan Kebidanan

a.    Palpasi Uterus

Leopold I                : TFU 3 jari bawah Proc-Xypoideus.

Fundus teraba lunak, tidak melenting yang berarti

bokong.

Leopold II              :Teraba bagian kanan memanjang, keras seperti

papan (punggung) dan bagian kiri teraba kecil-kecil

(Ekstremitas).              

Leopold III             :Bagian terendah teraba bagian keras bundar    dan

melenting (berarti kepala) dan sudah memasuki PAP.                                                          

Leopold IV             : Divergen

Penurunan               : 3/5

Mc donald              : 28 cm

TBJ                         : 2635 gram

Kontraksi                : ada, sedang

Frekuensi                : 3x/10 menit selama 35 detik

b.      Auskultasi  

Denyut jantung fetus          : ada, teratur

Frekuensi                            : 148 x/menit, teratur 

Punctum maximun              : 3 jari bawah pusat menyerong ke kanan

c.       Ano-genital

Vulva Vagina                     : warna                        : kemerahan

  luka               : tidak

  varises           : tidak ada

Pengeluaran pervaginam     : bloodslim

Warna                                 : merah muda

Konsistensi                         : kental

Jumlah                                : 5 cc

Anus                                   :  hemoroid         : tidak ada

d.      Pemeriksaan dalam, atas indikasi untuk memantau kemajuan persalinan Pukul 16.00 WIB

Dinding vagina                   : normal

Portio                                  : tipis

Pembukaan serviks             : 4 cm

Posisi portio                        : anteflexi

Konsistensi                         : lunak

Ketuban                              : utuh

Presentasi fetus                   : kepala

Penurunan bagian terendah : hodge II

Imbang feto pelvik             : imbang

 

7.      Pemeriksaan Laboratorium

Darah            : Hb                 : 12

Urine             : Protein           : -

Glukosa           : -

 

8.      Lembar Partograf        : Terlampir

 

     II.            ANALISA DATA

Diagnosa         : G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala 1

Masalah           : ganguan rasa cemas sehubungan dengan persalinan

Kebutuhan      : Memberi dukungan psikologis kepada ibu.

  III.            PERENCANAAN

1.      Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini, Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa TTV ibu normal dengan

TD : 100/80 mmHg,

RR : 20 x/menit,

Pols : 78 x/menit,

Temp : 36,0oC

Menjelaskan keadaan umum ibu baik dan ibu bahwa saat ini memasuki proses persalinan dengan tanda-tanda persalinan, yaitu mulas pada perut bagian bawah, keluar cairan lendir pada vagina dan pembukaan 4 cm.

 Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini, bahwa ibu sedang menjalani proses persalinan.

2.      Berikan posisi yang nyaman dan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri, melakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu dan menyarankan posisi yang lebih nyaman seperti miring kiri. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu harus mengatur posisi miring kekiri

Ibu sudah mengerti dengan memilih posisi tidur miring kiri

3.      Siap fisik dan psikis ibu dalam mengahadapi persalinan, menghadirkan suami atau keluarga, suami dan ibu mertua sudah ada mendampingi ibu di ruang persalinan.

Menjelaskan pada ibu bahwa saat ibu bersalin akan ada salah satu keluarganya yang menemani

Ibu mengerti dan ibu kandungnya bersedia untuk menemani

4.      Siapkan alat-alat untuk persalinan, menyiapkan partus set, hecting set dan infuse set serta alat resusitasi dengan memperhatikan teknik septic dan antiseptic pada kamar persalinan, Alat-alat persalinan telah disterilisasi dan siap digunakan untuk menolong persalinan.

5.      Observasi persalinan kala I dengan menggunakan lembar partograf, mengobservasi dan menilai menggunakan partograf. Pukul 16.00 WIB ibu datang dan di lakukan pemeriksaan dalam dengan pembukaan 4 cm. lakukan observasi ulang karena ketuban sudah pecah pada jam 17.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 8 cm. Lakukan observasi setiap 2 jam. Sebelum dilakukan observasi sampai 2 jam ternyata pada pukul 18.30 WIB vulva membuka dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan lengkap, portio tipis, petunjuk UUK dibawah simpisis. Anjurkan ibu untuk meneran, hasil pengawasan kala I ada dilembar partograf.

6.      Ajarkan ibu teknik meneran, membimbing ibu untuk untuk meneran yang benar dengan menarik napas panjang, tangan berada dilipatan paha, dengan posisi setengah duduk, mata dibuka melihat perut dan mulut di tutup serta mengedan keras seperti ingin BAB, ibu mampu meneran dengan benar.

 

CATATAN PERKEMBANGAN

KALA II

Tanggal 18 MEI 2016, Jam18.30 WIB

a.      Data Subjektif :

Ibu mengatakan perutnya terasa semakin sakit, ibu mengatakan merasa seperti ingin BAB, ibu mengatakan pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak dan keluar air-air yang tak tertahan.

b.      Data Objektif :

Pukul 18.30 WIB

1)        Keadaan umum ibu               : baik  

TTV                                       :

TD                                         : 100/70 mmHg

Pols                                       : 80x/menit

Temp                                     : 36,10C

2)      His                                         : 5x/10 menit

3)      Lama                                     : >40 detik

4)      Kekuatan                               : kuat

5)      Denyut jantung fetus            : Ada

6)      Frekuensi                               : 138 x/menit, teratur  

7)      Pemeriksaan dalam               : pukul 18.30 WIB

Ketuban                                : sudah pecah

Penyusupan                           : tidak ada moulase

Presentasi                              : kepala

Petunjuk                                : UUK dibawah simpisis

Dinding vagina                     : normal

Portio                                    : lunak

Pembukaan                            : lengkap

Penurunan bagian terendah   : hodge IV

c.       Analisa Data :

Diagnosa              : G1P0A0   usia kehamilan 38 minggu janin tunggal

   hidup intra uterin presentasi kepala inpartu kala II

Masalah                : Rasa khawatir terhadap persalinanya

Kebutuhan           : Dukungan psikologis

                                                  Pendamping persalinan

 

d.      Penatalaksanaan :

Pukul 18.30 WIB

1)      Jelaskan kondisi ibu saat ini, sudah dijelaskan bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan, pembukaannya sudah lengkap 10 cm dan berlangsung dalam keadaan normal, Ibu mengerti dengan keadaanya saat ini.

2)      Lakukan pertolongan persalinan

a)      Pimpin  ibu untuk meneran jika ada his dan beristirahat jika tidak ada his, ibu mampu meneran dengan benar.

b)      Lahirkan kepala, saat kepala bayi crowing 5-6 cm di depan vulva tangan kanan standen didepan vulva, tangan kiri berada diatas simpisis supaya tidak terjadi defleksi maksimal,kepala bayi lahir lalu mengusap mata, mulut, dan hidung, kepala lahir pada pukul 19.09 WIB, ada lilitan tali pusat dan sudah dilongarkan, putaran paksi luar normal.

c)      Lahirkan bahu, tangan biparietal arahkan bahu atas ke bawah untuk melahirkan bahu atas, arahkan bahu bawah ke atas untuk melahirkan bahu bawah, bahu bayi lahir normal.

d)     Lahirkan tubuh bayi, sanggah tubuh bayi lalu susuri tubuh bayi sampai ke kaki, bayi lahir spontan laki-laki, menangis kuat, warna kulit kemerahan. pada pukul 19. 13 WIB dan diletakan di atas perut ibu lalu keringkan dengan handuk kering..

e)      Lakukan penjepitan tali pusat, klem tali pusat 2-3 cm dari umbilikus, lalu urut dari klem pertama 2-3 cm ke klem kedua, potong tali pusat dengan melindungi abdomen bayi, tali pusat telah dipotong dan di ikat.

f)       Lakuakan IMD, letakan bayi diatas dada ibu dan diantara kedua payudara ibu , biarkan bayi mencari puting susu sampai berhasil ±1 jam dan tetap mengawasi bayi, IMD telah dilakukan dan bayi berhasil menemukan puting ±15 menit.

KALA III

Tanggal 18 Mei 2016, Jam : 19.15 WIB

a.      Data Subjektif :

Ibu mengatakan perutnya masih teras mulas .

b.      Data Objektif : 

1)      Keadaan umum                                 : baik

Kesadaran                                         : composmentis

2)      Tanda-tanda vital

Pols                                                   : 82x/menit

3)      Keadaan kandung kemih                  : kosong

4)      Tinggi fundus uteri                           : Sepusat

5)      Kontraksi uterus                                : baik

6)      Jumlah janin                                      : tunggal

7)      Tanda-tanda pelapasan plasenta       : ada

8)      Perdarahan                                        : ±25 cc

9)      Bayi lahir spontan pervaginam, pukul 19.09 WIB, jenis kelamin laki-laki, bayi kemerahan, menangis spontan, tonus otot kuat dan sedang melakukan IMD.

 

 

c.       Analisa Data :

 Diagnosa             : P1A0 inpartu kala III 

 Masalah               : Tidak ada

 Kebutuhan          : Dukungan psikologis

d.      Penatalaksanaan :

Pukul 19.15 WIB

1)      Palpasi dan pastikan tidak ada janin ke 2, palpasi telah dilakukn dan tidak ada janin ke 2.

2)      Suntik oksitosin, menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha atas bagian kiri, oksitosin telah disuntikan pada pukul 19.15 WIB.

3)      Lakukan penegangan tali pusat terkendali, tekan uterus secara dorso kranial dengan tangan kiri, lakukan penegangan tali pusat terkendali, sudah ada tanda tanda pelepasan tali pusat ( tali pusat bertambah panjang, uterus dari diskoid menjadi globuler, ada semburan darah mendadak ), kemudian dekatkan klem 5-10 cm didepan vulva lalu tangan kiri dorsokronial dan tangan kanan meregangkan tali pusat sejajar lantai lalu arahkan keatas mengikuti paras jalan lahir kemudian kebawah lalu saat placenta tampak didepan vulva lahirkan placenta dengan tangan putar searah jarum jam dan pilin untuk melahirkan selaput, pada jam 19:25 placenta lahir lengkap kotiledon lengkap, selaput lengkap, dan 2 arteri 1 vena. Kemudian masase 15 x dalam 15 detik.

4)      Bersihkan jalan lahir, memebersihkan jalan lahir dari stosel-stosel mengunakan kasa dan periksa luka laserasi, terdapat luka laserasi luar 1 cm. Kemudian dilakukan heating 1 cm dengan tehnik one by one dan heating telah dilakukan.

5)      Periksa kontraksi ibu, kontraksi ibu baik dan libatkan ibu untuk merasakan kontraksi minta tangan ibu untuk memegang perutnya dan beritahu ibu jika teraba keras berarti kontraksinya baik

6)      Periksa pendarahan, pendarahan ibu normal 25 cc

 

 

 

KALA IV

Tanggal 18 Mei 2016, Jam : 19:30 WIB

a.      Data Subjektif :

Ibu mengatakan  perutnya masih mulas

b.      Data Objektif :

Pemeriksaan Umum  ibu

1)      Keadaan Umum    : baik

Kesadaran             :  composmenthis

2)      Tanda-tanda vital :

Tekanan  darah         :  110/80 mmHg

Nadi                            :78 x/menit

Pernapasaan                 : 20x/menit

Suhu                            : 36,0 oC

3)        Bayi lahir pukul           : 19:09 WIB

Jenis kelamin               : laki-laki

Berat badan                 : 3100 gr

Panjang badan             : 47 cm

Lingkar kepala             : 33 cm

Lingkar dada               : 34 cm

Lila                              : 9,5 cm

4)        Pengeluaran ASI                     : belum keluar keluar

5)        Kandung kemih           : kosong

6)        Placenta                       : lahir lengkap pada pukul 19 : 25 WIB

7)        Tinggi fundus uteri      : 2 jari bawah pusat

8)        Kontraksi uterus           : keras

9)        Perdarahan                  : ± 50 cc

10)    Luka laserasi                : ada 1 cm

 

c.       Analisa Data :

Diagnosa              : P1A0 inpartu kala IV

Masalah                : belum ada pengeluaran ASI

Kebutuhan           : Breast care

 

d.      Penatalaksanaan  :

1)      Jelaskan kepada ibu tentang keadaan ibu saat ini

Menjelaskan keadaan umum ibu baik, kandung kemih kosong, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi keras, jumlah perdarahan ±50 cc dan terdapat luka laserasi,

Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini.

2)       Beritahu ibu akan dilakukan breast care karna belum ada pengeluaran ASI.

Menjelaskan pada ibu akan dilakukan breast care untuk membantu pengeluaran ASI.

Ibu mengerti dan bersedia dilakukan breast care.

3)      Beri tahu ibu akan lakukan observasi kepada ibu selama 2 jam setelah persalinan.

Menjelaskan bahwa akan  memantau setiap 15 menit di satu jam pertama dan setiap 30 menit di satu jam kedua dengan memantau jumlah perdarahan, kontraksi uterus, TFU serta kandung kemih,

Ibu mengerti dan keadaan ibu normal.

4)        Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memenuhi nutrisinya,

menjelaskan pada ibu untuk makan-makanan seperti ikan, telur, sayur, tempe, tahu serta minuman manis seperi susu ataupun teh untuk menambah energy.

Ibu bersedia makan dan cukup minum.

5)        Anjurkan ibu untuk melakukan mobillisasi dini,

Menjelaskan pada ibu untuk mobilisasi dini 2 jam post partum yaitu tidur miring kiri dan kanan pukul 21.30 WIB, kemudian duduk pukul 21.30 WIB dan berjalan pukul 05.30 WIB

Ibu mengerti dan bersedia melakukan mobilisasi dini tidur miring kiri-kanan pukul 22.00 WIB, duduk pukul 05.30 WIB dan berjalan pukul 08.05 WIB dikarena ibu masih lemas dan masih takut untuk berjalan.

6)        Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar.

Menjelaskan pada ibu untuk memastikan puting susu benar-benar dimulut bayi mencapai areola, pastikan pernafasan bayi tidak terhambat,

Ibu mengerti dan akan menyusui bayinya dengan cara menyusui yang benar.


DOWNLOAD FILE DISINI


 

No comments:

Post a Comment

Download Filem When the Phone Rings Full Episode : Sebuah Misteri Mencengkeram di Balik Panggilan Telepon

When the Phone Rings: Sebuah Misteri Mencengkeram di Balik Panggilan Telepon "When the Phone Rings" adalah drama Korea Selatan yan...